Pada kasus penembakan massal secara umum, Amerika Serikat juga mencatatkan angka yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain.
Berdasarkan laporan New York Times, pada 2017 penduduk AS menyumbang sekitar 4,4 persen populasi global, tetapi mereka menguasai 42 persen kepemilikan senjata api di dunia.
Studi tahun 2015 oleh Adam Lankford dari Universitas Alabama menemukan, dari tahun 1966 hingga 2012, 31 persen orang bersenjata yang terlibat dalam penembakan massal di seluruh dunia adalah orang Amerika.
Disesuaikan dengan populasi, hanya Yaman yang memiliki tingkat penembakan massal yang lebih tinggi di antara negara-negara berpenduduk lebih dari 10 juta orang.
Namun, perlu dicatat bahwa Yaman memiliki tingkat kepemilikan senjata tertinggi kedua di dunia setelah AS.
1 dari 4 korban penembakan massal adalah anak-anak
Data yang dihimpun Everytown menyebutkan, satu dari empat korban penembakan massal adalah anak-anak dan remaja.
Everytown mendefinisikan penembakan massal sebagai setiap insiden di mana empat orang atau lebih ditembak dan dibunuh, tidak termasuk pelaku.
Merujuk pada definisi itu, AS mengalami rata-rata 19 penembakan massal setiap tahun, mulai dari 15 pada 2010 dan 2014 hingga tertinggi 24 pada 2011 dan 2013.
Antara 2009 dan 2020, 1.363 orang di AS tewas dan 947 lainnya terluka dalam 240 penembakan massal, rata-rata 20 penembakan setiap tahun.
Di antara korban, setidaknya 362 anak-anak dan remaja tewas serta 21 petugas penegak hukum tewas dan 35 terluka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.