Misalnya, pada 2020, tim Google Ads telah menambahkan dan memperbarui lebih dari 40 kebijakan untuk pemasaran iklan dan penerbit.
Di YouTube, terdapat kebijakan tentang misinformasi Covid-19 pada 2020.
Sementara di Google Play, ada kebijakan tentang Manipulated Meida untuk mengatasi aplikasi-aplikasi yang menyebarluaskan atau membuat media yang direkayasa.
"Kami mengedepankan transparansi dalam seluruh upaya kami dan kami menyediakan berbagai sumber terbuka bagi umum, misalnya situs web Transparency Report, halaman Pusat Bantuan, dan unggahan terkini di blog Google," ucap Sahel.
Baca juga: Rusia Blokir Google News karena Informasinya Dituding Tidak Autentik
Google juga mengembangkan Threat Analysis Group yang berfungsi menurunkan jaringan disinformasi di seluruh produk Google yang terdampak.
Di seluruh produk Google, seperti Search, News, YouTube, terdapat fitur untuk memberi konteks kepada pengguna.
Fitur-fitur tersebut meliputi knowlage panel yang dapat memberikan rincian atas suatu topik yang sedang dicari melalui YouTube atau Google Search.
Khususnya topik-topik yang tentan terhadap misinfromasi, seperti Covid-19.
Google juga memiliki Fact Check Explorer yang dapat membantu pengguna mencari melalui hasil pemeriksaan fakta secara daring.
Informasi tersebut akan muncul di Search dalam bentuk berita-berita yang telah diperiksa kebenarannya.
Baca juga: Soal Doxxing dan Upaya Untuk Memperkuat Kerja Pemeriksa Fakta di Indonesia
Menghapus konten secara sepihak tidak serta-merta bisa memberantas misinformasi dan disinformasi. Namun memberi konteks kepada pengguna merupakan salah satu cara yang sejauh ini cukup efektif diterapkan.
"Kami meyakini bahwa ada cara yang paling jitu untuk memerangi misinformasi adalah di tingkat ekosistem," ucap Sahel.
Di tengah era banjir informasi, Google menyadari pentingnya mempertajam literasi media.
"Cabang filantropi kami, Google.org, mendanai program literasi Tular Nalar yang berhasil menjangkau 1.400 dosen dan 6.000 guru selama dua tahun terakhir," tutur Sahel.
Google.org telah memberikan dukungan kepada Mafindo dan MAARIF Institute melalui dana hibah sebesar 800.000 dollar AS.
Kedua lembaga tersebut diharapkan dapat bekerja sama dan menjangkau 26.000 dosen, guru, dan siswa lainnya di seluruh Indonesia.