KOMPAS.com - Sehari setelah viral polisi banting mahasiswa saat demonstrasi, FA mengalami pemburukan kesehatan pada Kamis (14/10/2021). Sehari setelah dibanting, FA mengaku bahwa pundak dan lehernya tidak bisa digerakkan.
Tak hanya itu, dia juga mengaku merasa pusing dan mengalami kesulitan bernapas sampai muntah-muntah pada Kamis pagi.
"Pundak, leher kayak enggak bisa digerakkin. Sama kepala agak kliyengan (pusing). Sama tadi (Kamis) pagi tuh, sedikit muntah-muntah sama engap (sulit napas)," ungkap FA dalam rekaman suara yang diterima, Jumat (15/10/2021).
Setidaknya sudah empat kali ia bolak-balik rumah sakit (RS) untuk memeriksakan kesehatannya.
Terakhir, FA dibawa ke Jakarta untuk menjalankan tes magnetic resonance imaging (MRI) demi mendiagnosis masalah yang kesehatan yang ia alami pasca dibanting oleh seorang oknum polisi.
Baca juga: Sehari Usai Dibanting Polisi, Korban Muntah-muntah hingga Pundak dan Leher Tak Bisa Digerakkan
Setiap cedera kepala, baik yang sifatnya ringan sampai parah, tidak boleh disepelekan. Pasalnya, efek cedera kepala tidak bisa hanya dengan dilihat sekilas saja.
Beberapa cedera kepala ringan dapat terlihat parah karena berdarah. Sebaliknya, cedera kepala berat terkadang tidak berdarah-darah, tapi merusak otak dan berisiko fatal. \
Untuk itu, penting bagi orang yang mengalami cedera otak untuk memeriksakan diri ke dokter.
Melansir Johns Hopkins Medicine, efek cedera kepala bisa memengaruhi fisik dan fungsi otak pengidapnya. Orang yang mengalami cedera kepala parah rentan kehilangan kekuatan otot, keterampilan motorik, bicara, penglihatan, pendengaran, atau kemampuan merasakan sesuatu.
Efek cedera kepala ini sangat tergantung bagian otak yang terdampak, atau mengalami kerusakan.
Selain itu, penderita cedera kepala juga bisa mengalami perubahan kepribadian, seperti jadi murung, berteriak di luar kesadaran, atau mengalami masalah kesehatan mental lainnya.
Baca juga: Cedera Kepala: Jenis, Penyebab, Gejala hingga Cara Mengatasinya
Ahli gegar otak dari Cleveland Clinic Richard Figler, MD menyampaikan, dalam menangani kasus cedera kepala, dokter biasanya mengantisipasi dengan skenario terburuk seperti gegar otak.
“Setiap cedera kepala perlu dipantau. Terkadang, efek benturan kecil di kepala baru muncul selang beberapa jam setelah cedera,” jelas Figler, seperti dilansir dari laman resmi RS setempat.
Untuk itu, Figler menyarankan agar setiap orang yang mengalami cedera kepala segera istirahat dan memeriksakan diri ke dokter.
Terlebih jika yang mengalami cedera kepala bayi atau anak-anak. Mereka terkadang tidak bisa mengeluhkan gejala cedera kepala tapi efeknya bisa berbahaya.