Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Ikan Lokal untuk MPASI, Terjangkau dan Bantu Cerdaskan Bayi

Kompas.com - 18/03/2024, 07:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ikan merupakan salah satu bahan pangan kaya protein yang cocok diolah menjadi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI).

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), MPASI mulai usia 6 bulan harus memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usia.

MPASI yang dianjurkan harus mengandung cukup energi serta zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan mikronutrien seperti zat besi.

Ikan merupakan sumber protein yang baik untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, serta regenerasi sel bayi.

Selain protein, ikan juga kaya akan asam lemak esensial omega 3 yang sangat diperlukan untuk perkembangan otak, respons kekebalan tubuh, serta pengontrol peradangan.

Lantas, ikan apa saja yang bagus untuk MPASI?

Baca juga: Catat, Ini Jenis Ikan yang Tidak Boleh untuk MPASI


Ikan untuk MPASI

Beragam jenis ikan air tawar maupun air laut dapat menjadi pilihan bahan pangan hewani untuk MPASI.

Bahkan, banyak di antaranya termasuk ikan konsumsi yang mudah ditemukan di pasar Indonesia dengan harga relatif terjangkau.

Berikut jenis ikan untuk MPASI beserta kandungannya:

1. Ikan lele

Ikan lele dapat menjadi sumber protein yang baik untuk makanan pendamping ASI bagi bayi berusia 6 bulan hingga 2 tahun.

Dengan berat 100 gram, ikan lele setidaknya mengandung sekitar 18 gram protein dan 3 gram lemak.

Selain protein, Kemenkes mengungkapkan, ikan kaya akan asam lemak omega 3 yang bermanfaat menjaga kesehatan jantung dan fungsi otak.

Bahan pangan ini juga mengandung kalsium dan vitamin D untuk membantu menjaga kesehatan dan memperkuat tulang bayi.

Tidak hanya itu, vitamin B12 dalam ikan ini pun mendukung pembentukan sel darah merah, kesehatan otak, serta sintesis DNA.

Baca juga: Makan Ikan Bantu Hilangkan Lemak Perut, Simak Beragam Pilihannya

2. Ikan patin

Ikan untuk MPASI selanjutnya adalah patin, yang menjadi sumber protein hewani guna mendukung pertumbuhan tulang dan otak anak.

Halaman:

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com