Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti BRIN Sebut Hujan Deras di Bandung sebagai Orkestra Hujan, Kok Bisa?

Kompas.com - 12/01/2024, 17:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyebut hujan deras yang terjadi di wilayah Bandung, Jawa Barat pada Kamis (11/1/2024) layaknya orkestra hujan.

Hal itu disampaikan oleh Erma melalui akun Twitter pribadi miliknya, @EYulihastin, pada Kamis.

Dalam unggahan tersebut, Erma membagikan momen ketika dirinya mengalami tiga kali hujan deras di lokasi berbeda di wilayah Bandung.

Erma awalnya berangkat menuju sekitaran Cisitu-Dago, saat tiba-tiba turun hujan deras di daerah Tamansari sekitar pukul 14.00 WIB. Hujan tersebut terjadi selama 30 menit, atau selesai sekitar pukul 14.30 WIB.

Kemudian, hujan deras menerjang kembali sekitar pukul 15.00 WIB, ketika dirinya dalam perjalanan pulang di daerah Gunung Batu, dekat Kota Cimahi.

Hujan deras pun sempat mereda, yang kemudian terjadi kembali sekitar pukul 15.30 WIB. Saat itu, ia sedang melakukan perjalanan dari rumahnya menuju Padalarang.

Saat awal perjalanan, hujan yang melanda hanya gerimis. Namun berubah menjadi deras ketika ia memasuki Tol Pasteur menuju Tol Padalarang.

“Itu salah satunya, ada lagi kejadian di Serpong-Tangerang-Gunung Sindur (Banten) sekitar 6 Januari 2024 lalu,” ujar Erma kepada Kompas.com, Jumat.

Baca juga: Cara agar Tak Mudah Sakit Saat Puncak Musim Hujan Menurut Kemenkes

Mengenal orkestra hujan

Erma menerangkan, hujan deras yang terjadi sebanyak tiga kali itu ia sebut sebagai “orkestra hujan”.

“Cuaca ekstrem atau hujan deras saat ini menyerupai sebuah orkestra,” kata dia.

Dalam artian, hujan deras tersebut seperti menunggu aba-aba dari dirigen, pemimpin musik simfoni.

“Hujan deras tidak serentak, tapi menunggu giliran waktu dan lokasi. Menunggu sang dirigen hujan memberi aba-aba,” terangnya.

Erma melanjutkan, orkestra hujan tersebut menggambarkan teori hujan ekstrem yang disebut sebagai Self-Organized Criticality (SOC) yang terjadi di beberapa titik.

Ia menjelaskan, dirigen pada orkestra hujan yang dimaksud adalah alam itu sendiri, hasil dari penggabungan sejumlah SOC yang ada.

“Nah proses penggabungan itu secara alamiah akan memunculkan leader atau dirigen bagi orkestra itu,” tuturnya.

Baca juga: Fenomena Tanah Bergerak Usai Hujan Deras di Bekasi, Apa Penyebabnya?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com