Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPDATE Status Gunung Slamet, Naik Jadi Waspada, Masyarakat Diminta Tidak Panik

Kompas.com - 20/10/2023, 18:45 WIB
Aulia Zahra Zain,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Slamet yang berada di wilayah Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah kembali aktif setelah lima tahun tidak menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik.

Status Gunung Slamet dilaporkan naik, dari level satu atau Normal menjadi level dua atau Waspada.

Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet tersebut dimulai pada Kamis (19/10/2023).

Baca juga: Pendaki Tewas di Gunung Lawu Disebut Alami Paradoxical Undressing, Ini Tips Atasi Hipotermia

Masyarakat di lima kabupaten yang berada di lereng Gunung Slamet diminta tidak panik dan selalu memantau perkembangan situasi melalui sumber-sumber yang kredibel.

Ketua Tim Kerja Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Ahmad Basuki membenarkan bahwa status Gunung Slamet saat ini berubah menjadi waspada.

“Iya, betul, naik menjadi status waspada,” ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (20/10/2023).

Baca juga: Apa Itu Hipotermia, Penyebab Mahasiswa Unsoed Tewas di Gunung Slamet

Baca juga: Video Viral Banjir Bandang di Kaki Gunung Slamet, Ini Penjelasan BPBD

Peningkatan status Gunung Slamet

Ahmad menjelaskan, peningkatan status dari Normal menjadi Waspada tersebut dilihat dari hasil rekaman kegempaan dan proyeksi peralatan pengukur perubahan bentuk dan wujud (deformasi), mulai 19 Oktober 2023 pukul 08.00 WIB.

Dengan peningkatan aktivitas vulkanik tersebut, apabila erupsi diperkirakan akan terjadi lontaran material pijar dengan jarak lontaran maksimal dua kilometer.

“Bisa juga terjadi erupsi abu, di mana material abu dapat menyebabkan hujan abu di lokasi tertentu yang ditentukan arah dan kecepatan angin,” kata dia.

Baca juga: Kebakaran di Gunung Ungaran: Kepulan Asap Terlihat dari Gumuk Aking, Lahan yang Terbakar Milik Perhutani

Prediksi soal gunung api

Ilustrasi menikmati aktivitas pendakian di Gunung Slamet, Jawa Tengah.SHUTTERSTOCK/M RINANDAR TASYA Ilustrasi menikmati aktivitas pendakian di Gunung Slamet, Jawa Tengah.

Saat disinggung terkait dengan potensi erupsi Gunung Slamet, pihaknya tidak bisa memastikan. Pasalnya, bisa saja aktivitasnya menurun.

“Hal ini sulit diprediksi. Bahkan peningkatan aktivitas kegempaan dan deformasi ini juga belum tentu menghasilkan erupsi,” kata Ahmad.

Mengacu catatan sejarah, letusan Gunung Slamet berupa letusan eksplosif. Sejauh ini, tidak terjadi pertumbuhan kubah lava di Slamet. Oleh karena itu, diperkirakan erupsi yang dihasilkan pun tidak akan separah gunung api lainnya seperti Merapi.

Letusan eksplosif sendiri adalah letusan gunung berapi berupa ledakan yang memuntahkan bahan-bahan piroklastik di samping lelehan lava.

Ahmad menambahkan, sejauh ini kawah Gunung Slamet masih aktif.

Halaman:

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com