Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepiting Salju "Menghilang" dari Lepas Pantai Alaska, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 20/10/2023, 18:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kumpulan kepiting salju diduga "menghilang" dalam beberapa tahun belakangan ini dari Laut Bering, yang berada di timur laut berbatasan dengan Alaska.

Dugaan itu muncul dari hasil studi yang diterbitkan pada Kamis (19/10/2023) oleh para ilmuwan di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

Studi itu menemukan hubungan antara gelombang panas laut di Laut Bering bagian timur dan hilangnya kepiting salju secara tiba-tiba yang mulai muncul dalam survei pada tahun 2021.

“Ketika saya pertama kali menerima data survei tahun 2021, pikiran saya tercengang,” kata penulis utama studi tersebut dan ahli biologi perikanan di NOAA, Cody Szuwalski, dikutip dari CNN, Kamis (19/10/2023).

“Semua orang hanya berharap dan berdoa bahwa ini adalah kesalahan dalam survei dan tahun depan akan ada lebih banyak kepiting,” imbuhnya.

Tahun itu adalah tahun pertama perikanan kepiting salju AS ditutup di Alaska.

Lantas, apa penyebab hilangnya kepiting salju di Laut Bering beberapa tahun belakangan ini?


Baca juga: Warganet Sebut Kepiting Sebastian di Little Mermaid Tak Hidup di Laut, Lalu di Mana Habitat Red Ghost Crab Ini?

Kepiting salju di alaska mati karena kelaparan

Dilansir dari Live Science, peneliti mengungkap bahwa suhu laut yang lebih hangat kemungkinan besar menjadi penyebab kepiting-kepiting tersebut mati kelaparan.

Hal ini lantaran, pada 2018, perairan di kutub antara Alaska dan Siberia pernah dilanda gelombang panas mematikan yang berlangsung selama dua tahun. Akibatnya, hal ini memicu suhu laut yang mencapai rekor tertinggi dan penurunan es laut yang bersejarah.

Kondisi yang "belum pernah terjadi sebelumnya" ini membuat populasi kepiting salju (Chionoecetes opilio) yang hidup di Laut Bering bagian timur kesulitan bertahan hidup dan mendadak "menghilang".

"Hilangnya populasi kepiting salju merupakan respons yang kuat terhadap gelombang panas laut," tulis para peneliti dalam studi tersebut.

Namun, alih-alih menyerah secara langsung pada suhu laut yang hangat, tampaknya kepiting-kepiting itu mati karena kelaparan, menurut para peneliti.

Jumlahnya menyusut drastis

Kepiting salju adalah krustasea kecil bercangkang bulat yang dapat hidup hingga 20 tahun di dasar laut dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Spesies ini dipantau dan dikelola secara ketat di Laut Bering bagian timur karena nilai komersialnya sebagai makanan laut.

Para ilmuwan pertama kali menyadari penurunan drastis dalam jumlah kepiting salju selama survei pada tahun 2021. Mereka menemukan bahwa kepiting salju paling sedikit di landas kontinen Bering timur sejak survei dimulai pada tahun 1975.

Sementara itu, tidak ada survei yang dilakukan pada 2020 karena adanya pandemi virus corona, sehingga para ilmuwan baru menyadari kepiting-kepiting tersebut menghilang pada tahun berikutnya.

Namun hingga saat ini, penyebab penurunan populasi kepiting tersebut masih menjadi misteri.

Baca juga: Ilmuwan Identifikasi Kepiting Kecil Berusia 100 Juta Tahun

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com