Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Semarang "Menjerit" Kepanasan, Benarkah Kota dengan Suhu Terpanas Se-Indonesia?

Kompas.com - 07/10/2023, 06:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Warganet mengeluhkan panasnya cuaca di Semarang, Jawa Tengah yang terjadi akhir-akhir ini.

Hal tersebut diutarakan warganet melalui media sosial X sejak Kamis (5/10/2023).

Ada warganet yang mengatakan, cuaca yang begitu terik di Semarang membuat udara yang terhirup juga terasa panas.

Beberapa warganet bahkan "adu nasib" soal cuaca panas Semarang dengan kota lainnya, seperti Yogyakarta dan Blora.

"Panas banget woii di Semarang," cuit akun @undipmenfess.

"Gilasi beberapa bulan ini semarang mataharinya lagi ada 5 ???? puanasss polll dan mandi keringet muluuu bcs anginnya jd keikut panas jugaaa, and everydaayyyy beli es tehh terussss," kata akun @hehsiapa.

Baca juga: Ramai soal Fenomena Dingin di Malam Hari Saat Indonesia Dilanda Suhu Panas, Ini Kata BMKG

Penyebab Semarang dilanda cuaca panas

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jateng Sukasno buka suara soal keluhan warganet mengenai panasnya cuaca di Semarang.

Ia membenarkan bahwa cuaca Ibu Kota Provinsi Jateng tersebut belakangan ini terasa panas.

"Memang diakui sampai dengan hari ini Semarang terasa panas," ujar Sukasno ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (6/10/2023).

Ia menjelaskan, faktor yang membuat cuaca di Semarang terasa sangat panas adalah tidak adanya awan yang berfungsi untuk menutupi permukaan Bumi.

"Sehingga seakan panas Matahari langsung diterima Bumi," sambungnya.

Baca juga: Suhu Panas Landa Bekasi Akhir-akhir Ini, BMKG Ungkap Penyebabnya

Dipengaruhi musim kemarau yang lebih kering

Sukasno juga menyampaikan, cuaca panas Semarang tidak bisa dilepaskan dari musim kemarau pada 2023 yang lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya.

Ada dua fenomena global dan regional yang saat ini memengaruhi dinamika atmosfer di perairan Indonesia, menurut Sukasno.

Dua fenomena tersebut adalah El Nino positif yang berlangsung di Samudera Pasifik dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif di Samudera Hindia bagian Barat.

Terjadinya IOD menyebabkan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Jateng, menjadi berkurang.

Baca juga: Jateng Berpotensi Alami Kekeringan Akhir September 2023, Apa Sebabnya?

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com