Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ghana Bangkrut Tak Mampu Membayar Utang, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 05/10/2023, 18:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ghana sempat digadang-gadang menjadi negara di Afrika dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia pada 2019 menurut Bank Dunia.

Negara berpenduduk 32,83 juta jiwa itu jadi pengekspor emas dan memiliki proyeksi pertumbuhan ekonomi 7,6 persen pada tahun 2019, didorong oleh sektor minyak dan non-minyak. 

 

Tetapi saat ini kondisi perekonomian Ghana menurun drastis bahkan mengalami kebangkrutan.

Dikutip dari NyTimes (18/9/2023) pemerintahan Ghana sudah tidak sanggup membayar utang miliaran dollar AS kepada pemberi pinjaman pada Desember 2022.

Total utang Ghana saat ini mencapai 63,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 986,9 triliun pada akhir tahun 2022.

Utang tersebut tak hanya kepada kreditor asing, tapi juga para pemberi pinjaman dalam negeri yang dipinjam dari dana pensiun, perusahaan asuransi, dan bank lokal.

Krisis keuangan Ghana saat ini dinilai yang terburuk dalam beberapa dekade dengan inflasi mencapai rekor 50,3 persen, atau tertinggi dalam 21 tahun.

Lantas apa penyebab Ghana bangkrut?

Baca juga: Ghana Ingin Beli Minyak Pakai Emas, Bukan Dollar AS

Penyebab Ghana bangkrut: janji presiden dan hapus pajak

Dikutip dari AL Jazeera, Presiden Ghana Nana Akufo-Addo mengatakan, guncangan ekonomi negaranya dipicu faktor eksternal yakni pandemi dan perang Rusia-Ukraina.

Tetapi hal itu dibantah sejumlah analisi yang mengatakan krisis di Ghana terjadi akibat pemerintah salah dalam mengambil keputusan politik dan ekonomi

Menurut para kritikus kesalahan tersebut merupakan bagian dari upaya-upaya pemenuhan janji kampanye presiden.

Janji tersebut di antaranya peluncuran program pendidikan gratis di sekolah seluruh negeri yang kemudian dilakukan sejak sembilan bulan Presiden Nana Akufo-Addo menjabat.

Presiden Ghana, Nana Akufo-AddoAFP/Pius Utomi Ekpei Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo

Selain itu, pemerintah juga menyediakan makanan gratis bagi siswa di tingkat dasar dan menengah.

Faktor lain yang juga dinilai menggerus keuangan negara adalah dihapusnya 15 pajak termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 17,5 persen pada jasa keuangan, real estate, dan obat-obatan impor.

Pemerintah juga menghapus bea masuk suku cadang mobil, menghapus pungutan impor 1 persen dan PPN sebesar 17,5 persen pada tiket pesawat.

“Hal ini menyebabkan penurunan besar-besaran dalam pendapatan pemerintah,” kata seorang profesor keuangan Ghana di Universitas Andrews Williams, Kwasi Peprah.

Baca juga: Perusahaan Wadah yang Dicintai Ibu-ibu Tupperware Terancam Bangkrut, Apa Penyebabnya?

Meningkatnya utang

Untuk menutup defisit keuangan negara, pemerintah Ghana melakukan sejumlah pinjaman.

Hal tersebut justru dinilai meningkatkan aktivitas pasar obligasi Ghana di dalam dan luar negeri.

"Sebagai dampaknya, tingginya eksposur utang terhadap PDB (produk domestik bruto), sehingga menyebabkan tingkat utang yang tidak berkelanjutan saat ini," ujar Peprah.

Ia menilai pemerintah menguras uang perbankan nasional lebih dari 2,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 32,7 triliun yang mengakibatkan beberapa bank mengalami kebangkrutan dan harus menerima suntikan dana.

Tercatat jumlah bank di negara itu kemudian berkurang dari sebelumnya 33 bank menjadi 23, dan 340 lembaga keuangan dicabut izinnya. Peprah menyebut hal ini dengan "pembersihan sektor perbankan".

"Pembersihan sektor keuangan juga merugikan negara lebih dari yang diperkirakan," kata dia.

Peprah mengatakan, Bank of Ghana tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar komitmen negara tersebut.

"Neraca pembayaran telah memburuk, menyebabkan Ghana mengalami kebangkrutan,” ujar Peprah.

Baca juga: Daftar Negara yang Terancam Bangkrut seperti Sri Lanka, Mana Saja?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com