KOMPAS.com - Perusahaan produk rumah tangga yang digandrungi ibu-ibu di Indonesia, Tupperware terancam gulung tikar.
Dilansir dari ABC News, perusahaan Tupperware terancam bangkrut karena kesulitan finansial.
Saham Tupperware turun sebesar 90 persen selama setahun terakhir.
Bahkan, pada Senin (10/4/2023) saham perusahaan tersebut kembali turun hampir 50 persen.
Tak sampai di situ, New York Stock Exchange sempat memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapus dri daftar karena tidak mengajukan laporan tahunan yang wajib dilakukan.
Analis ritel dan Direktur Pelaksana di GlobalData Pengecer, Neil Saunders mengatakan, penurunan jumlah penjualan juga menyebabkan perusahaan ini nyaris mengalami kebangkrutan.
"Penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda," tandasnya.
Penurunan itu membuat Tupperware tidak memiliki cukup uang untuk mendanai operasinalnya.
Baca juga: Penyebab Silicon Valley Bank AS Bangkrut, Naiknya Suku Bunga dan Nilai Saham yang Anjlok
Sementara itu, CEO Tupperware Miguel Fernandez mengaku akan berusaha mengatasi masalah tersebut.
"Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami," terang dia.
Saat ini, Tupperware sedang menjajaki potensi PHK dan penghematan uang potensial.
Baca juga: Induk Facebook Meta Kembali PHK 10.000 Karyawannya, Apa Penyebabnya?
Perusahaan yang berdiri sejak 77 tahun yang lalu ini memiliki sejarah yang cukup panjang.
Dilansir dari Kompas.com Minggu (11/4/2023), merek dagang Tupperware muncul pada 1946.
Mulanya, merek dagang Amerika Serikat ini adalah sebuah kaleng cat dari plastik.
Inovasi itu terjadi setelah era Depresi Hebat di Amerika Serikat.