KOMPAS.com - Gunung Everest di Nepal menjadi salah satu puncak tertinggi yang berusaha ditaklukan para pendaki seluruh dunia. Puncak Gunung Everest pertama kali dicapai pada 1953.
Selanjutnya sekitar 6.500 misi pendakian untuk menaklukkan puncak Everest telah dilakukan sejak saat itu.
Pada musim pendakian tahun 2023, pemerintah Nepal memberi izin pendakian Everest kepada 463 orang. Para pendaki akan ditemani warga setempat yang berprofesi sebagai sherpa.
Ini berarti akan ada sekitar 900 orang yang berusaha mencapai puncak gunung pada musim pendakian 2023. Angka tersebut menjadikan 2023 sebagai tahun pendakian terpadat ke gunung tersebut.
Sayangnya, mendaki Everest yang puncaknya ditutupi salju jelas tidak mudah. Nyawa para pendaki dan sherpa bahkan terancam longsor dan badai salju.
Sejak awal pendakian Everest, diperkirakan ada lebih dari 300 orang meninggal di tengah perjalanan. Pendakian tahun 2015 termasuk yang paling mematikan karena menewaskan 19 orang. Sementara tahun ini hingga Mei 2023 ini sudah ada empat pendaki tewas.
Lantas, bagaimana nasib mayat para pendaki atau sherpa yang meninggal di Gunung Everest?
Baca juga: 5 Pendaki Meninggal di Gunung Everest Seminggu Terakhir, Total 9 Orang di Periode April-Mei 2023
Mayat pendaki yang meninggal di Everest akan sulit dievakuasi dan dibawa turun. Selain itu, risiko yang dapat terjadi saat evakuasi juga besar.
Dilansir dari Business Insider (13/5/2023), dua pendaki Nepal tewas saat mencoba melakukan evakuasi mayat pendaki dari Everest pada 1984. Oleh karena itu, mayat pendaki yang meninggal di Everest sering kali dibiarkan tetap di tempat dia meninggal.
Pendaki Everest Alan Arnette menjelaskan para pendaki biasanya akan mengikat mayat yang ditemukan dengan tali, potongan kain, atau diletakkan di kereta luncur salju. Mayat itu kemudian didorong ke dalam jurang atau lereng curam.
Jika memungkinkan, mayat tersebut mungkin ditutupi dengan tumpukan batu sehingga membentuk gundukan kuburan.
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah jenazah terlihat pendaki lain maupun fotonya beredar sehingga bisa membuat sedih keluarga yang ditinggalkan.
Arnette mengungkapkan setiap orang yang naik ke Everest akan menandatangani beberapa formulir yang menyatakan bersedia jenazahnya dikuburkan di gunung jika meninggal selama perjalanan.
Baca juga: Apa Itu Sherpa, yang Videonya Viral Selamatkan Pendaki Malaysia di Gunung Everest?