Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 300 Pendaki Tewas di Gunung Everest, Bagaimana Mayatnya?

Kompas.com - 04/09/2023, 09:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Keluarga meminta dikembalikan

Meski kebanyakan mayat dibiarkan di Everest, keluarga seorang pendaki asal Inggris bernama David Sharp yang meninggal pada 2006 pernah meminta mayatnya dipulangkan.

Diberitakan BBC (9/10/2015), pengembalian mayat pendaki mungkin dilakukan sesuai keinginan pendaki dan keluarganya, serta tergantung lokasi kematian. Namun, mengevakuasi jenazah membutuhkan biaya mahal.

Untuk memulangkan satu mayat dari Everest, diperkirakan membutuhkan biaya hingga 100.000 dolar AS atau setara dengan Rp 1,5 miliar. Proses pemulangan ini mahal karena butuh ekspedisi khusus.

Enam hingga delapan sherpa akan ditugaskan menjalani ekspedisi pengambilan mayat.

Prosesnya tidak mudah karena mayat akan beku di atas gunung. Selain itu, bobotnya akan bertambah daripada tubuh aslinya.

Mayat yang biasanya berbobot 80 kg mungkin berbobot 150 kg jika dibekukan dan digali dengan es di sekitarnya," kata pendiri perusahaan pemandu pendakian Asian Trekking, Ang Tshering.

Untuk menurunkan mayat, para sherpa akan mengangkut dengan tandu. Penggunaan tandu mencegah mayat yang membeku agar tidak hancur.

Namun, kondisi ini memperlambat perjalanan mereka yang harus menuruni lereng sempit dan berbahaya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pendakian Musim Dingin Pertama di Puncak Gunung Everest, Pecahkan Rekor Dunia!

Pembersihan jenazah massal

Karena Everest semakin banyak didaki, masalah tumpukan sampah dan mayat menjadi hal yang tak terelakkan. Untuk mengatasinya, diadakan pembersihan massal.

Dawa Steven dan rekan-rekannya dari Asian Trekking mengadakan upaya pembersihan tahunan di gunung tersebut sejak 2008. Mereka membuang lebih dari 15.000 kg sampah dan lebih dari 800 kg kotoran manusia.

Di tengah proses pembersihan, mereka akan memindahkan mayat atau bagian tubuh yang ditemukan. Mayat tersebut akan dikuburkan.

“Hal ini tidak selalu mungkin dilakukan jika ada mayat membeku di lereng pada ketinggian 8.000 meter. Namun, setidaknya kita dapat menutupinya dan memberikan penghormatan agar orang tidak mengambil gambarnya," jelasnya, dikutip dari South China Morning Post  (2/8/2020).

Pemerintah India juga pernah berupaya mengambil mayat tiga pendaki dengan menghabiskan sekitar 200.000 dolar AS atau lebih dari Rp 3 miliar. Misi ini menjadi bukti ada kemungkinan menemukan mayat pendaki di Gunung Everest.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com