Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Elektabilitas Anies yang Sulit Naik dan Kurang Kompetitif...

Kompas.com - 24/08/2023, 08:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Elektabilias Anies Baswedan kembali tercecer di urutan ketiga dalam survei Litbang Kompas periode Juli-Agustus 2023.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu hanya meraup elektabilitas sebesar 12,7 persen, terpaut jauh dari dua pesaingnya yakni Ganjar Pranowo 24,9 persen dan Prabowo Subianto 24,6 persen.

Hasil serupa juga tak jauh beda dalam simulasi 10 nama, lima nama, dan tiga nama. Anies konsisten berada di urutan ketiga dan tertinggal jauh dari dua pesaingnya.

Baca juga: Kapan Pengumuman Cawapres Anies Baswedan?

Lantas, apa yang terjadi?

Baca juga: Melihat Manuver Politik Gibran Jelang Pemilu 2024...

Stagnasi Koalisi Perubahan

Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam menilai, lemahnya elektabilitas Anies Baswedan tak lepas dari kondisi Koalisi Perubahan yang semakin stagnan.

Sebab, Nasdem yang pertama kali mengusung Anies justru terus mengulur waktu soal deklarasi capres dan cawapres.

Padahal, PKS dan Demokrat telah berkali-kali mendesak agar deklarasi itu segera dilakukan.

Umam melihat sikap Nasdem yang belakangan diam, karena tarsandera oleh tangan-tangan kekuasaan yang tak terlihat (invisible hand).

"Karena ketakutannya pada manuver itu, Paloh terus memilih diam, mengulur waktu, dan tidak segera memutuskan nasib keberlanjutan pencapresan Anies," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (23/8/2023).

Sayangnya, Anies belakangan juga tampil kurang agresif dalam memimpin koalisi. Bahkan, cenderung ikut diam menyaksikan Koalisi Perubahan yang stagnan.

Baca juga: Survei Nama-nama Capres Potensial di 2024, Ganjar Nomor 1

Tak bisa ulangi sukses Pilkada Jakarta

 Bacapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan (kiri) bersama Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono saat peresmian Museum dan Galeri SBY-ANI di Pacitan, Jawa Timur, Jumat(17/8). Istimewa Bacapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan (kiri) bersama Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono saat peresmian Museum dan Galeri SBY-ANI di Pacitan, Jawa Timur, Jumat(17/8).

Ia menjelaskan, Anies semestinya tampil lebih berani dalam memecah kebuntuan koalisi.

Pasalnya, usai bergabungnya Golkar dan PAN ke kubu Prabowo, konfigurasi parpol pembentuk poros koalisi saat ini sudah fase final.

"Tidak ada lagi yang perlu ditunggu. Jika Anies tetap terdiam, Anies tidak sadar dirinya hampir kehilangan momentum," jelas dia.

"Anies seharusnya juga paham bahwa success story-nya di Pilkada Jakarta 2017, di mana elektabilitasnya sempat tercecer di awal kontestasi, tidak bisa disamakan dan diterapkan kembali dalam kontestasi Pilpres Indonesia," sambungnya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com