Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Nietzsche Sesumbar Tuhan Sudah Mati

Kompas.com - 03/08/2023, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA senantiasa ditakjubkan oleh keteguhan keimanan kaum atheis yang secara tegas menyatakan tidak percaya bahwa Tuhan ada. Saya takjub karena kebetulan saya percaya bahwa Tuhan ada.

Sama takjubnya seperti tatkala kebetulan saya membaca pernyataan Friederich Nietzsche bahwa “Gott ist tot” alias Tuhan sudah mati.

Sesumbar Nietzsche bahwa Tuhan sudah mati merupakan refleksi dampak Abad Pencerahan terhadap sentralitas konsep Tuhan dalam peradaban Eropa Barat yang mayoritas bersifat Nasrani sejak masa Kekaisaran Romawi Timur.

Abad Pencerahan dianggap kemenangan rasionalitas ilmiah terhadap wahyu yang dianggap suci.

Munculnya filsafat materialisme dan naturalisme telah mengikis kepercayaan atau peran Tuhan dalam segenap urusan manusia dan nasib dunia.

Kebetulan Nietzsche menempatkan ungkapan "Tuhan sudah mati" pada ulah seorang gila dalam mahakarya ”Die froehliche Wissenschaft”.

Orang gila berlari-lari di pasar dengan membawa lentera yang menyala pada suatu pagi yang cerah sambil berseru-seru,"Aku mencari Tuhan! Aku mencari Tuhan!" namun tak seorangpun menanggapinya dengan serius.

Akibat frustrasi, si orang gila membuang lenteranya ke tanah, sambil berteriak keras bahwa ia datang terlalu dini.

Dia menganggap orang-orang belum dapat menyadari bahwa mereka telah membunuh Tuhan.

Sebelumnya dalam buku yang sama Nietzsche menulis "Tuhan sudah mati; tetapi karena cara manusia, mungkin masih ada gua-gua selama ribuan tahun di mana bayang-bayang Tuhan masih akan kelihatan. Dan kita masih harus memusnahkan bayang-bayang-Nya pula.”

Kebetulan tokoh protagonis dalam mahakarya “Also sprach Zarathustra” juga mengungkap kalimat tersebut kepada dirinya sendiri setelah mengunjungi seorang pertapa yang setiap harinya menyanyikan nyanyian dan hidup untuk memuliakan tuhannya.

Zarathustra bertanya kepada dirinya sendiri, “Mungkinkah itu? Si orang suci di hutan ini belum mendengar apa-apa tentang hal ini, bahwa Tuhan sudah mati.“

Sesumbar Nietzsche bahwa Tuhan sudah mati telah dibedah, diulas, ditelaah, dianalisa, dihayati, dipuja, dihujat oleh para pemikir terkemuka dunia serta kerap kali ditafsirkan lalu dimanfaatkan sebagai pembuktian bahwa Nietzsche atheis demi mendukung pembenaran atheisme.

Setiap insan manusia – termasuk Nietzsche dan saya --- berhak-asasi menyatakan kepercayaan maupun ketidak-percayaan masing-masing.

Maka mohon dimaafkan oleh para pemercaya atheisme bahwa kebetulan secara subyektif saya tidak setuju penafsiran bahwa Nietzsche atheis berdasar sesumbar Tuhan sudah mati.

Pada hakikatnya berdasar logika sederhana saja dapat dipahami bahwa mustahil “sesuatu” bisa mati apabila sebelum mati tidak pernah hidup.

Jika pernah hidup berarti pernah ada selama definisi “hidup” masih seperti yang diyakini oleh para ilmuwan dan pemikir tentang apa yang disebut “hidup”.

Maka dengan sesumbar bahwa Tuhan sudah mati, pada hakikatnya Nietzsche secara langsung maupun tidak langsung mengakui bahwa Tuhan pernah hidup yang berarti Tuhan pernah ada. Karena pernah ada berarti Tuhan ada. Amin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Bikin Akun SSCASN untuk Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Cara Bikin Akun SSCASN untuk Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus Study Tour SMP PGRI Wonosari di Jombang, 2 Orang Meninggal

Kronologi Kecelakaan Bus Study Tour SMP PGRI Wonosari di Jombang, 2 Orang Meninggal

Tren
6 Manfaat Singkong untuk Kesehatan, Salah Satunya Mengurangi Tekanan Darah

6 Manfaat Singkong untuk Kesehatan, Salah Satunya Mengurangi Tekanan Darah

Tren
Aplikasi Prakiraan Cuaca Deteksi Badai Petir saat Pesawat Singapore Airlines Turbulensi Parah

Aplikasi Prakiraan Cuaca Deteksi Badai Petir saat Pesawat Singapore Airlines Turbulensi Parah

Tren
Kronologi Bus Rombongan Siswa MIN 1 Pesisir Barat Terperosok ke Jurang di Tanggamus, Lampung

Kronologi Bus Rombongan Siswa MIN 1 Pesisir Barat Terperosok ke Jurang di Tanggamus, Lampung

Tren
Jadwal Operasional BCA dan Mandiri Selama Libur dan Cuti Bersama Waisak 2024

Jadwal Operasional BCA dan Mandiri Selama Libur dan Cuti Bersama Waisak 2024

Tren
Skandal Transfusi Darah di Inggris, Picu Puluhan Ribu Orang Tertular HIV dan Hepatitis

Skandal Transfusi Darah di Inggris, Picu Puluhan Ribu Orang Tertular HIV dan Hepatitis

Tren
Dibuka Juni, Simak Syarat dan Cara Cek Formasi CPNS 2024

Dibuka Juni, Simak Syarat dan Cara Cek Formasi CPNS 2024

Tren
Ragam Perayaan Waisak di Berbagai Negara, Seperti Apa?

Ragam Perayaan Waisak di Berbagai Negara, Seperti Apa?

Tren
BMKG Deteksi Kemunculan Bibit Siklon Tropis 93W, Apa Dampaknya?

BMKG Deteksi Kemunculan Bibit Siklon Tropis 93W, Apa Dampaknya?

Tren
Penyebab Anjing Peliharaan Tidur Berlebihan, Kapan Anda Perlu Khawatir?

Penyebab Anjing Peliharaan Tidur Berlebihan, Kapan Anda Perlu Khawatir?

Tren
Apa Itu Turbulensi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Pesawat

Apa Itu Turbulensi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Pesawat

Tren
Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Tren
Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Tren
Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com