KOMPAS.com - Istilah dunning kruger effect kerap muncul di media sosial, salah satunya dibahas di akun TikTok ini.
Dunning kruger effect dikaitkan dengan fenomena di mana seseorang merasa tahu banyak hal setelah membaca sebuah buku.
Istilah tersebut memiliki konotasi negatif, karena menandakan seseorang enggan untuk mencari tahu lebih dalam terkait apa yang sudah diketahuinya.
Lantas, apa penyebab dunning kruger effect?
Baca juga: 7 Kebiasaan Buruk Ini Ternyata Bisa Merusak Otak, Apa Saja?
Dunning kruger effect adalah jenis bias kognitif di mana seseorang dengan pengetahuan terbatas justru melebih-lebihkan pengetahuan atau kompetensi mereka sendiri.
Dilansir dari Psychology Today, konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Universitas Cornell, David Dunning dan Justin Kruger pada 1999.
Para peneliti mengaitkan tren ini dengan metakognisi, yakni kemampuan untuk menganalisis pemikiran atau kinerja seseorang.
Peneliti menemukan bahwa orang-orang dengan kompetensi tingkat rendah dalam bidang tertentu cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka.
Sementara orang-orang dengan tingkat kompetensi lebih tinggi cenderung meremehkan kemampuan mereka.
Baca juga: Makanan Bisa Memengaruhi Kondisi Otak, Pilih dengan Tepat
Menurut Investopedia, dunning kruger effect diduga terjadi karena kombinasi keterbatasan kognitif dan kurangnya kesadaran diri secara subyektif.
Dengan kata lain, individu dengan pengetahuan atau keahlian terbatas pada suatu bidang seringkali tidak menyadari keterbatasan mereka sendiri.
Fenomena ini digambarkan sebagai "orang bodoh yang tidak menyadari bahwa mereka bodoh."
Alasan lain mengapa dunning kruger effect terjadi adalah karena kurangnya wawasan seseorang.
Umumnya, seseorang yang melebih-lebihkan kemampuan mereka akan cenderung menolak umpan balik.
Dunning kruger effect juga bisa disebabkan karena ketidakmampuan untuk mengenali keterampilannya.