KOMPAS.com - Kim menjadi nama yang paling populer dan banyak digunakan oleh orang di Korea Selatan (Korsel).
Menurut catatan Britannica, sekitar 20 persen atau 10 juta dari 49,3 juta penduduk Korsel memakai nama keluarga "Kim".
Sebut saja pesohor dengan nama lahir Kim ada tiga personel BTS seperti Jin dengan lahir Kim Seok-jin, Kim Nam-joon dengan nama panggung RM, dan Kim Tae-hyung yang memiliki nama panggung V.
Selain itu, ada bintang film Kim Tae-ri, Kim Ji Won, dan Kim Soo Hyun.
Deretan tersebut bisa bertambah panjang jika penguasa Korea Utara ikut ditambahkan dari Kim Il-sung, Kim Jong-il, dan Kim Jong-un.
Selain Kim, nama lainnya yang tidak kalah populer di Negeri Ginseng adalah Lee dan Park.
Bila ditotal secara keseluruhan, hampir separuh orang Korsel mempunyai nama Kim, Lee, dan Park.
Lantas, kenapa banyak orang Korea Selatan memiliki nama Kim, apa alasannya dan bagaimana sejarahnya?
Starting XI Korea Selatan lawan Uruguay. Semua pemain bertahan (kiper & bek) punya nama "Kim".
Kim yang berarti emas, memang merupakan marga paling populer di Korea. Di urutan 2 ada "Lee", lalu "Park". Sensus 2015 di Korsel, menyebutkan 21,5% populasi Korsel memiliki nama "Kim". pic.twitter.com/xWhZcvoipM
— FaktaBola (@FaktaSepakbola) November 24, 2022
Baca juga: Rating Drama Korea My Perfect Stranger Kian Melonjak
Dikutip dari Medium, nama keluarga Kim bisa dirunut sejak masa Kerajaan Silla yang berkuasa sejak 57 sebelum masehi hingga tahun 935 Masehi.
Pada masa itu, ada 3 kerajaan besar di semenanjung Korea yakni Guguryeo, Baekje, dan Silla.
Setelah konflik selama berabad-abad, Silla menyatukan ketiga kerajaan pada tahun 668 Masehi hingga diambil alih oleh dinasti baru bernama Goryeo (918–1392).
Nama keluarga Kim yang berarti "emas" di Silla kemudian diserap ke dalam monarki dan diberi status bangsawan oleh keluarga Wang yang berkuasa.
Ketika kedua kerajaan ini bersatu, penggabungan yang dihasilkan menyebabkan nama Kim menjadi salah satu nama keluarga paling populer.
Dinasti Goryeo digantikan oleh Joseon (1392–1897), ketika Yi (Lee) Seonggye, seorang jenderal Goryeo, menggulingkan keluarga Wang.
Joseon bertahan hingga tahun 1897 (1910 dengan nama berbeda), ketika negara itu dianeksasi oleh Jepang.
Selama pemerintahan 500 tahun, keluarga Yi (Lee) menjadi salah satu keluarga terpadat di negara itu. Lee masih merupakan nama keluarga terpadat kedua di Korea Selatan, terhitung 15 persen dari populasi.
Baca juga: Kim Min Gue Siap Tunjukkan Sisi Lain di Fan Meeting Hari Ini
Dikutip dari Onlyou, pada puncak Dinasti Joseon, jumlah budak mencapai 60 persen dari populasi penduduk.
Selama periode ini, nama keluarga adalah simbol kekuasaan dan kelas, dan hanya bangsawan yang memiliki nama keluarga. Sebaliknya, budak tidak diberi nama resmi termasuk nama keluarga karena nama keluarga saat itu dinilai sebuah kemewahan.
Namun, sistem ini ditinggalkan setelah dua perang berturut-turut melawan Dinasti Qing dan Jepang.
Konflik ini menghabiskan kekayaan dinasti dan membuat Joseon kekurangan uang.
Kurangnya sumber daya mendorong monarki untuk mereformasi sistem penamaannya, yang memberikan hak kepada budak dan rakyat jelata untuk membeli nama keluarga dan meningkatkan status sosial mereka.
Reformasi ini dimaksudkan untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan pajak karena budak tidak perlu membayar pajak sebelum perubahan karena kurangnya nama keluarga.
Mayoritas populasi budak memilih untuk membeli nama keluarga yang berpengaruh, seperti Kim, untuk memamerkan status tinggi mereka.
Kim yang awalnya diperuntukkan hanya bagi anggota keluarga kerajaan atau bangsawan, selanjutnya bisa dimiliki oleh siapa saja.
Sementara yang lain memilih untuk mengadopsi nama keluarga dari majikan mereka sebelumnya.
Keputusan ini menyebabkan peningkatan ukuran keluarga untuk keluarga kuat yang memiliki banyak budak.
Pada tahun 1910, setelah perang berkepanjangan, Korea dianeksasi dan dijajah oleh Jepang.
Untuk mengontrol semenanjung secara efektif, Jepang mengamanatkan setiap orang dewasa untuk melaporkan nama belakang mereka ke administrasi kolonial.
Undang-undang ini mendorong mereka yang tidak memiliki nama keluarga untuk memilih nama belakang, dan lagi-lagi nama Kim yang banyak dipilih.
Hal tersebut kemudian menambah jumlah nama belakang Kim yang pada saat itu sudah populer.