Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pala, Buah yang Diperebutkan Bangsa Eropa

Kompas.com - 28/05/2023, 08:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pala adalah komoditas rempah penting pada masa penjajahan hingga diperebutkan oleh bangsa-bangsa Eropa.

Buah yang mempunyai nama latin Mystrica fragrans ini berwarna kekuningan dengan biji hitam yang dilapisi selaput merah.

Pala yang mempunyai aroma harum dan rasa sedikit manis merupakan buah yang berasal dari Banda, Maluku.

Baca juga: Begini Cara Mengatasi Mood Swings dengan Pala

Sejarah buah pala jadi rebutan

Dikutip dari Kompas.com (19/4/2020), pada abad ke-6, buah pala sudah mencapai Byzantium yang jaraknya mencapai 12.000 kilometer.

Pada tahun 1.000 Masehi, Ibnu Sina menggambarkan pala sebagai ‘jansi band’ atau ‘kacang dari Banda’.

Masyarakat Arab saat itu sudah menggunakan pala sebagai barang barter, yang kemudian membawa pala ke Venesia, Italia yang dijadikan perasa untuk makanan para bangsawan Eropa.

Pada abad ke-14 di Jerman, harga satu pon atau sekitar setengah kilogram pala bisa dihargai sama dengan tujuh ekor lembu yang gemuk.

Perburuan pala dikatakan telah membantu pembangunan dunia modern komersial.

Pada 1453, bangsa Turki Ottoman menaklukan Konstantinopel yang saat ini bernama Istanbul, Turkiye.

Baca juga: 5 Rempah Termahal di Dunia, Ada yang Tumbuh di Indonesia

Hal itu kemudian berdampak pada embargo jalur perdagangan sehingga muncul monopoli rempah.

Adanya embargo dan monopoli lalu memaksa orang Eropa untuk mencari jalur perdagangan dan sumber rempah-rempah.

Alfonso de Albuquerque, seorang pemimpin militer Portugis pun masuk ke Malaka dan Banda pada 1511.

Ia kemudian menemukan sumber buah pala dan membangun benteng di sana.

Saat itu ia mengkonsolidasikan monopoli bangsa Portugis untuk mengamankan jalur perdagangan pala di dunia yang bertahan hingga satu abad lamanya.

Pada sekitar 1605, Belanda melalui perusahaan dagang Dutch East India Company (VOC) berhasil menguasai Banda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com