Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Halo Bulan, Apa Itu? Berikut Penjelasannya

Kompas.com - 05/04/2023, 15:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Unggahan yang menyebut terjadinya halo bulan viral di media sosial.

Unggahan itu diposting oleh akun ini pada Selasa (4/4/2023) malam.

Terdapat foto dalam unggahan yang menampilkan fenomena halo bulan.

Halo Bulan malam ini
Halo bulan merupakan peristiwa atau fenomena yang menggambarkan cahaya bulat di sekitar bulan. Hal ini tentu pernah kita lihat karena fenomena halo bulan terkadang nampak dengan sangat jelas,” tulis sang pengunggah.

Hingga Rabu (5/4/2023), unggahan itu sudah dilihat sebanyak 40.500 kali dan mendapat 130 likes.

Baca juga: Ramai soal Bintang di Atas Bulan Sabit Disebut Muncul 100 Tahun Sekali, Ini Penjelasan BRIN

Penjelasan pakar

Peneliti dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang menjelaskan, halo bulan merupakan pelangi bulat yang mengitari bulan.

“Fenomena halo (bulan) adalah sebuah pelangi yang berbentuk satu lingkaran penuh, yang berada (mengitari) sekeliling bulan,” ucap Andi kepada Kompas.com, Rabu (5/4/2023).

Andi menjelaskan, biasanya halo bulan terjadi ketika menjelang bulan purnama. Selain pada bulan, fenomena itu juga bisa terjadi pada matahari di siang hari.

Halo bulan terjadi karena adanya pembiasan dari cahaya bulan oleh awan partikel es di langit.

“Pembiasan ini dilakukan oleh partikel es yang berada di sekitar awan cirrus, awan ini berada di ketinggian 10 – 15 kilometer di atas permukaan bumi atau berada di lapisan stratosfer,” jelasnya.

Baca juga: Viral, Video Penampakan Dua Bulan Sabit, Ini Kata BRIN

Andi mengungkapkan, suhu yang berada di lapisan stratosfer lebih dingin dibanding lapisan troposfer atau lapisan di bawah stratosfer.

“Maka partikel air yang semula dijumpai di troposfer membeku di lapisan stratosfer yang akhirnya membentuk kristal es. Kristal es ini membentuk halo bulan atau halo matahari di siang hari,” terangnya.

Dikutip dari space, keseragaman diameter sehingga halo tersebut membentuk lingkaran yang sempurna, karena es memiliki indeks pantulan tertentu serta bentuk kristal es yang heksagonal.

Sisi-sisi kristal es ini jika diperpanjang akan membentuk prisma dengan sudut puncak 60 derajat.

Kondisi tersebut yang kemudian menghasilkan deviasi minimum untuk cahaya yang melewati kristal es sebesar 21,84 derajat.

Kristal es juga memberikan efek prisma yang memisahkan cahaya putih dari matahari atau dipantulkan oleh bulan menjadi berbagai warna individu seperti efek atmosfer yang menciptakan pelangi.

Baca juga: Ramai Unggahan soal Bentuk Hilal Ramadhan, seperti Apa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com