Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Muncul Awan Lentikular Saat Merapi Erupsi, Apa Itu?

Kompas.com - 02/04/2023, 12:05 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Unggahan yang menyebut terdapat awan lentikular saat Gunung Merapi erupsi, viral di media sosial.

Unggahan itu diposting oleh akun ini pada Sabtu (1/4/2023).

Penggunggah menyertakan foto yang memperlihatkan awan menutupi puncak Gunung Merapi ketika terjadi erupsi.

Fenomena awan lenticular di puncak Merapi dengan membaranya guguran lava pijar 31 Maret 2023, tetap rela nungguin semalaman di sini untuk mengabadikan momen tersebut,” tulis pengunggah.

Hingga Minggu (2/4/2023), unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 34.700 kali dan mendapat 1.091 likes.

Baca juga: Viral, Video Benda Disebut Meteor Meluncur ke Bungker Kaliadem, Ini Penjelasan BRIN

Penjelasan pakar

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan, awan lentikular terbentuk karena suhu di puncak gunung lebih dingin dibanding dengan suhu di sekitarnya.

“Itu terjadi ketika suhu di puncak gunung itu lebih dingin dibandingkan dengan suhu di atmosfer sekitarnya, sehingga menimbulkan kondensasi dan terbentuklah awan tersebut,” ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (2/4/2023).

Andi mengatakan, awan lenticular juga disebut dengan 'caping gunung' dikarenakan berbentuk kerucut seperti caping atau topi yang menutupi puncak gunung.

Baca juga: Viral, Foto Penampakan Awan Unik di Gunung Merapi setelah Erupsi, Apa Dampaknya?

Ia juga mengungkapkan bahwa munculnya awan lentikular tersebut tidak ada kaitannya dengan erupsi Gunung Merapi.

“Meskipun Merapi tetap erupsi, akan tetapi jika suhu di puncak gunung itu lebih dingin dibandingkan dengan suhu di sekitar atmofer, maka akan tetap terjadi pengembunan atau kondensasi,” tuturnya.

Namun, Andi menjelaskan, terbentuknya awan ini akan menjadi lebih lama dan terlihat lebih tipis dibanding awan lentikular biasanya karena suhu yang menghangat dari erupsi.

“Ditambah belakangan ini suhu cenderung lebih hangat karena kita sebenarnya sudah mulai memasuki awal musim kemarau,” jelasnya

Menurutnya, dampak dari erupsi yang dibarengi munculnya awan lentikular akan berkurang karena lokasi semburan erupsi tertutupi oleh awan tersebut.

“Sehingga lontaran-lontaran yang akan keluar dari gunung Merapi ini tidak terlalu membahayakan bagi masyarakat di sekitar gunung Merapi. Tetapi, memang tetap perlu waspada,” tandasnya.

Baca juga: Viral, Unggahan Pelangi Melingkari Awan, Ini Penjelasan BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com