Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Alexandra Tilman, Sajak Duka Santa Cruz

Kompas.com - 31/01/2023, 19:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Di Indonesia, ada banyak tragedi pelanggaran hak asasi manusia yang hingga kini belum terselesaikan. Beberapa kasusnya yang cukup dikenal masyarakat adalah pembunuhan Marsinah, hilangnya Wiji Thukul, hingga peristiwa kerusuhan Mei 1998.

Namun, ada pula tragedi pelanggaran kemanusian yang dikenal sebagai Pembantaian Santa Cruz di Timor Timur. Sebagai warga asli, Alexandra Tilman pun akan selalu mengingat kejadian ini. Bahkan, hal inilah yang membuatnya menjadi sastrawan yang peduli dengan isu-isu sosial.

Perempuan pemerhati sastra Timor-Leste ini pun berbagi kisahnya bersama Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com, dalam siniar Beginu bertajuk “Alexandra Tilman, Sajak Duka Santa Cruz” dengan tautan dik.si/BeginuAlexandraP1.

Sastrawan yang Berani Menentang Pelanggaran HAM

Alexandra adalah seorang sastrawan yang tak gentar menyuarakan isu sosial dan kemanusiaan. Melalui puisi ekstremnya, ia menolak hal-hal yang tak sesuai dengan kebenaran dan keadilan.

Perempuan itu mengatakan, “Saya ingin menyuarakan suara yang selama ini terpendam di masyarakat kecil karena mereka tak bisa bersuara. Supaya mereka ada yang memperjuangkan meskipun hanya bait semata.”

Baca juga: Mengenal Oei Hong Djien, Lulusan Kedokteran yang Memilih Jadi Kurator Seni

Salah satunya ia torehkan ke dalam puisi “Pagi November”. Puisi ini mengisahkan kesedihan yang luar biasa atas kematian dan harapan-harapan yang selama ini diinginkan oleh masyarakat Timor Leste atas tragedi Pembantaian Santa Cruz.

Alexandra pun Mengecam oknum-oknum tak bertanggung jawab yang memicu pertumpahan darah dan masyarakat kecil yang jadi korban.

Ada pun pembuatan puisi ini didasari oleh dirinya yang saat itu berusia 14 tahun membantu menyembunyikan salah satu korban pembantaian yang bersimbah darah di rumahnya.

Awal Mula Pembantaian Santa Cruz: Kisah Kelam Bagi Timor Timur

Mengutip Kompas.com, Pembantaian Santa Cruz adalah peristiwa penembakan terhadap kurang lebih 250 pengunjuk rasa pro-kemerdekaan Timor Timur pada 12 November 1991. Pada saat itu, Indonesia sedang menduduki di Timor Leste.

Pada Oktober, dikabarkan ada delegasi yang berisi anggota parlemen Portugal dan 12 orang wartawan yang akan mengunjungi Timor Timur. Hal inilah yang menyebabkan para mahasiswa bersiap-siap menyambut kedatangan mereka.

Namun, rencana ini dibatalkan setelah pemerintah Indonesia mengajukan keberatan atas rencana kehadiran Jill Joleffe sebagai anggota delegasi itu.

Joleffe sendiri adalah seorang wartawan Australia yang dipandang mendukung gerakan kemerdekaan Fretilin. Pembatalan ini menyebabkan kekecewaan mahasiswa pro-kemerdekaan.

Situasi pun memanas hingga puncaknya, pada 28 Oktober, terdapat konfrontasi antara aktivis pro-integrasi dan kelompok pro-kemerdekaan yang pada saat itu tengah melakukan pertemuan di Gereja Motael, Dili.

Peristiwa itu mengakibatkan tewasnya Afonso Henriques, perwakilan kelompok pro-integrasi, dan seorang aktivis pro-kemerdekaan, Sebastião Gomes, karena ditembak mati oleh tentara Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com