Dua minggu setelahnya, pada 12 November 1991, Pastur Alberto Ricardo memimpin misa arwah untuk memperingati kematian Gomez di gereja yang sama. Misa itu pun diikuti oleh ribuan umat Katolik Timor Leste.
Setelah Misa dilaksanakan, sekitar 500 orang keluar dari gereja sambil membawa spanduk pemimpin pro-kemerdekaan Timor Leste, Xanana Gusmao.
Mereka berjalan sejauh 4 kilometer ke pemakaman Santa Cruz, tempat Gomez dimakamkan. Namun, sesampainya di sana, tentara Indonesia pun telah bersiaga.
Baca juga: Merenungi Kembali Ekosistem Digital di Indonesia
Saat tentara Indonesia berhadapan dengan pengunjuk rasa, beberapa demonstran dan seorang mayor asal Indonesia bernama Lantara, ditusuk. Namun, salah satu demonstran mengklaim Lantara telah menyerang pengunjuk rasa, termasuk seorang anak perempuan yang mengibarkan bendera Timor Leste.
Mengutip Kubiak (2008), aktivis Fretilin, Constâncio Pinto, mengatakan beberapa orang mengaku dipukuli oleh tentara dan polisi Indonesia. Bahkan, saat berada di dalam TPU Seroja, tentara melepaskan tembakan ke arah ratusan warga sipil tak bersenjata. Akibatnya, 250 warga Timor Timur pun tewas seketika.
Pembantaian ini disaksikan oleh dua jurnalis Amerika Serikat, Amy Goodman dan Allan Nairn, dan direkam oleh Max Stahl yang diam-diam membuat liputan untuk Yorkshire Television.
Namun, saat berada di sana, ketiganya pun tak luput dari kekerasan para tentara. Bahkan, tengkorak Naim sampai retak. Meski begitu, ketiganya berhasil menyelundupkan pita video ke Australia.
Mereka memberikannya ke Saskia Kouwenberg, wartawan Belanda, untuk menghindari penangkapan dan penyitaan oleh pihak berwenang Australia, yang telah diinformasikan oleh pihak Indonesia dan melakukan penggeledahan bugil terhadap para juru kamera.
Baca juga: Uninvolved Parenting, Ketika Orangtua Lalai Mengasuh Anak
Berkat usaha mereka, rekaman yang menjadi saksi bisu kebengisan dan kebrutalan tentara Indonesia pada saat itu pun dapat diakses oleh banyak pihak.
Lantas, bagaimana situasi Alexandra saat dihadapkan dengan korban pembantaian ini? Dan, bagaimana ia mampu berani membuat karya-karya kiri yang menentang?
Temukan jawabannya melalui perbincangan Alexandra dengan Wisnu Nugroho dalam siniar Beginu bertajuk “Alexandra Tilman, Sajak Duka Santa Cruz” di Spotify.
Di sana, ada banyak kisah dari para tokoh inspiratif yang mampu memberikan perspektif baru untuk hidupmu.
Tunggu apalagi? Yuk, ikuti siniar Beginu dan akses playlist-nya di YouTube Medio by KG Media agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.