Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Anak Perempuan dan Belenggu Beban Ganda Sejak Kecil

Kompas.com - 26/10/2022, 21:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Nika Halida Hashina dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Sadar tidak sadar, orangtua sering kali membedakan anaknya sesuai dengan jenis kelamin untuk urusan tertentu. Hal ini secara naluriah dilakukan sejak anak kecil dengan mengikuti perlakuan yang dulu orangtua dapatkan sejak kecil.

Seperti pakaian, mainan, makanan, bahkan pengajaran dalam keseharian diberikan secara berbeda. Hal inilah yang sebenarnya secara tak sadar membentuk kepribadian anak untuk menjadi apa yang didiktekan oleh orangtuanya.

Tidak ada yang salah dari hal tersebut, sampai perbedaan perlakuan yang diberikan seolah berat sebelah. Misalnya saja dalam pekerjaan rumah, anak perempuan akan melihat ibunya dan secara sukarela mempelajari hal tersebut karena mereka merasakan kesamaan identitas sebagai seorang perempuan.

Akan tetapi, di banyak kasus, anak laki-laki tidak diajarkan hal tersebut padahal ia juga harus bertanggung jawab akan itu. Mayoritas ayah yang enggan melakukannya membuat anak laki-laki juga tak mau bertanggung jawab.

Hal tersebut adalah bibit penerimaan beban ganda yang dilakukan oleh anak perempuan. Mengutip Kemenpppa, beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya.

Peran reproduksi perempuan sering kali dibarengi dengan tuntutan yang membuat mereka terkesan sebagai liyan. Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja di wilayah publik saat ini, tak lantas membuat beban di wilayah domestiknya berkurang.

Hal ini dirasakan pula oleh tokoh Rahayu dalam audio drama siniar Tinggal Nama yang ditampilkan dalam episode “AGUNG: Layangan di Kebun” yang dapat diakses melalui dik.si/TN_OS2Ep4.

Sejak kepergian ibunya, Rahayu lah yang bertanggung jawab atau pekerjaan rumah. Namun, di sisi lain ia juga diberikan ekspektasi oleh sang ayah untuk menjadi perempuan yang sukses dalam karier.

Baca juga: Kenapa Kita Harus Berhenti Membandingkan Diri?

Hingga besar, Rahayu juga bekerja dan mengurus keluarga. Dalam hal ini, beban ganda sangat terlihat. Sayangnya, secara sosiokultural beban ganda sebagai ketidakadilan gender dalam hal pekerjaan domestik ini sering kali dibebankan sepenuhnya kepada perempuan karena anggapan bahwa itu adalah “kodrat” untuknya.

Padahal, hal ini sangat keliru. Untuk itu, bagaimana cara menciptakan keadilan untuk anak-anak ketika mengajarkannya pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan domestik?

Ubah Pandangan Anak

Keberhasilan untuk mengubah stigma tersebut harus dimulai dari diri sendiri. Anak akan mengikuti apa yang dilakukan orangtuanya. Dalam hal ini, orangtua tidak dapat hanya memerintah tetapi juga harus mencontohkannya.

Anak laki-laki tidak akan mau memegang pekerjaan domestik jika melihat ayahnya hanya berdiam diri. Walaupun lebih dekat dengan sang ibu dan telah diajarkan, ia akan tetap berpikir “Tidak seharusnya aku melakukan pekerjaan ini”.

Terlebih pada usia di atas lima tahun saat ia sudah mulai bisa berpikir bahwa laki-laki dan perempuan tidaklah sama.

Orangtua harus berpikir untuk membuat anak saling menghargai dan tidak menganggap salah satu gender lebih lemah dibanding yang lain. Jika ada pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh salah satunya, beri pengertian ke anak agar mengerti tanpa mengidentikkan gender.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com