Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Tapak Tilas Riwayat Kombinatorika

Kompas.com - 10/09/2022, 07:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA yang bukan hanya awam, namun bahkan sebenarnya buta matematika ini atas belas kasihan DR. Kiki Ariyanti Sugeng, Prof Eddy Baskoro dan Prof Slamin memperoleh anugerah diangkat menjadi anggota kehormatan Himpunan Masyarakat Kombinatorika Indonesia.

Demi agak bertanggung jawab atas kehormatan besar tersebut saya memaksakan diri untuk berusaha mempelajari satu di antara cabang misterius matematika yang disebut kombinatorika itu.

Tentu saja apa yang saya pelajari tentang kombinatorika acak bahkan kacau balau sehingga jauh dari ketertiban sistematis maka hasilnya jauh panggang dari api.

Istilah kombinatorika yang saya gunakan juga saya paksakan sebagai indonesiasi istilah bahasa Inggris yang aslinya adalah combinatorics.

Saya juga tidak berani masuk ke dalam wilayah rumusan dan teoritis kombinatorika namun sekadar berkeliaran sambil meraba-raba pada wilayah apa kata orang tentang asal muasal alias sejarah kombinarotika.

Maka wajar dalam napak tilas riwayat kombinatorika, saya melakukan banyak kekeliruan.

Konon menurut kata para arkeomatematikawan/wati pendayagunaan teknik kombinatorika pertama kali tersurat pada sebuah dokumen papirus yang ditemukan di Yunani yang sementara ini disepakati berasal dari abad XVI bukan setelah namun sebelum Masehi.

Gagasan kombinatorikal yang dibahas pada dokumen papirus tersebut adalah tentang serial geometrik mirip pemikiran kalkulasi angkamologis Fibonacci tentang angka 1 dan 2 yang dijumlah-jumlahkan secara sekuensal.

Plutarch menengarai bahwa Xenokratres dari Chalcedon (397-314 sebelum Masehi) sudah mampu menghitung jumlah kemungkinan beragam sylabel di dalam bahasa Yunani dengan menggunakan teknik kombinatorika yang pada hakikatnya merupakan upaya awal untuk memecahkan problema rumit permutasi dan kombinasi.

Namun hasil hitungan kombinatorika yang ditemukan, yaitu 1.002 x 10 pangkat 12 terkesan agak dipaksakan secara sekedar hipotesis ketimbang kalkulasi akurat.

Kemudian perdebatan antara Chrysippus dan Hipparchus pada sekitar abad III dan II sebelum Masehi secara cenderung berkisar pada problem numeratif rapuh yang kemudian dianggap mirip sukma angkamologi Scroeder-Hipoarchus.

Kemudian ditemukan bukti bahwa Archimedes gemar bermain dengan teka-teki tiling, sementara pemikiran kombinatorika juga menyelinap hadir pada karya-karya matematikal Apollonius.

Di India, teks di dalam Bhagavari Sutra pertama kali menyebut sebuah masalah kombinatorikal berupa pertanyaan tentang berapa banyak kombinasi antara satu, dua, tiga dan seterusnya sampai enam citarasa yang beda satu dengan lainnya seperti manis, asin, asam, pedas, pahit, getir, Bhagavari Suta juga membahas tentang fungsi.

Pada abad II sebelum masehi, Pingala memuat problematika angkamologis di dalam Chandra Sutra yang mempermasalahkan berapa jumlah cara sebuah metrik enam silabel dapat dibuat dari catatan panjang dan pendek di mana n catatan panjang dan k catatan pendek merupakan ekuivalen untuk menemukan koefisien binomial.

Gagasan Bhagavati Sutra kemudian digali lalu dirangkum pada tahun 850 oleh mahamatematikawan India, Mahavira.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

Tren
Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Tren
Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Tren
55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

Tren
Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Tren
Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Tren
Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Tren
8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

Tren
20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

Tren
Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Tren
Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Tren
100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

Tren
5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

Tren
Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Tren
AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com