Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Memusnahkan Wayang

Kompas.com - 15/02/2022, 11:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUKA tak suka apa boleh buat peradaban negara, bangsa dan rakyat Indonesia memang berdiri tegak di atas landasan kenyataan bersuasana Bhinneka Tunggal Ika.

Haram

Maka di persada Indonesia sejak 17 Agustus 1945, bermunculan beranekaragam paham, termasuk paham memilah yang dianggap baik dengan yang dianggap buruk, mau pun yang dianggap halal dengan yang dianggap haram.

Ada yang menganggap makan daging babi adalah perilaku haram, namun bukan berarti seluruh warga Indonesia dilarang makan daging babi.

Bahkan kaum vegetarian menganggap daging hewan apa pun haram, namun bukan berarti seluruh warga Indonesia harus menjadi vegetarian.

Satu di antara warisan kebudayaan Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia adalah wayang. Namun ternyata ada pula yang menganggap wayang adalah haram.

Bahkan wayang dianggap sangat haram sehingga ada pihak tega menuntut agar wayang harus dimusnahkan dari permukaan kehidupan kebudayaan Indonesia.

Berarti pengakuan UNESCO atas wayang sebagai warisan kebudayaan dunia harus ditolak, pergelaran wayang harus dilarang, para dalang harus dilarang pentas, para seniman dan seniwati wayang harus pindah profesi seni demi mencari sumber nafkah baru.

Kagum

Sebenarnya kebencian terhadap wayang bukan hal baru di Indonesia. Pada tahun 80-an abad XX, saya dihujat akibat menyatakan kagum terhadap falsafah yang terkandung di dalam wayang.

Kekaguman saya berdasar sejarah peradaban Nusantara tentang kehadiran Islam di persada Nusantara berkisah bahwa Sunan Kalijaga melakukan dakwah syiar Islam dengan menggunakan wayang kulit.

Maka sejak masa kanak-kanak saya sangat menghormati dan mencintai wayang sehingga kemudian pada awal abad XXI memprakarsai pergelaran wayang orang di panggung Taman Ismail Marzuki, Sydney Opera House, UNESCO Paris.

Karena saya Nasrani, maka tidak paham tentang pengharaman wayang, maka saya sempat memohon petunjuk dari dua mahaguru Islam saya, yaitu Gus Dur dan Cak Nur ketika kedua beliau belum meninggalkan dunia fana.

Menurut kedua tokoh Islam Indonesia tersebut memang setiap insan manusia bisa saja menganggap wayang sebagai haram. Namun bukan berarti lalu seluruh umat Islam menganggap wayang haram.

Yang jelas para tokoh Islam Indonesia seperti Gus Dur, Cak Nur, Cak Mahfud, Cak Nun, Pak Nurwahid, Bu Musdah, Pak Shihab, mbak Shihab, mas Zastrouw, serta para beliau yang sepaham dalam kebudayaan Nusantara sama sekali tidak menganggap wayang sebagai haram.

Solusi

Lalu bagaimana menghadapi kenyataan bahwa ada pihak yang bersikeras meyakini bahwa wayang haram sehingga tega gigih menuntut agar wayang dimusnahkan dari permukaan peradaban bangsa Indonesia?

Saya masih ingat wejangan Gur Dur yang disampaikan dengan gaya khas sang Mahaguru Bangsa memberikan solusi jauh lebih sesuai demokrasi serta Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika ketimbang memusnahkan wayang, “Sebaiknya yang menganggap wayang haram jangan menonton pergelaran wayang. Gitu aja kok repot!”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com