KOMPAS.com - Subvarian Omicron BA.2 yang kerap dijuluki "Son of Omicron" sudah terdeteksi di Indonesia pada Jumat (28/1/2022).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, ada 10 kasus terkait virus corona Omicron varian BA.2.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi.
Ia mengatakan, saat ini total kasus Omicron subvarian BA.2 sudah mencapai 55 kasus.
"Betul (subvarian BA.2 Omicron sudah terdeteksi di Indonesia)," ujar Nadia, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (29/1/2022).
"(Saat ini) ada 55 yang terdeteksi," lanjut dia.
Baca juga: Muncul Subvarian Omicron BA.2, Apa Itu dan Seberapa Berbahaya?
Mengutip KompasTV, Jumat (28/1/2022), Menkes Budi mengungkapkan, subvarian Omicron ini lebih sulit dideteksi menggunakan tes PCR S Gene Target Failure atau SGTF.
SGTF adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kasus probable varian Omicron atau bukan.
Sedangkan, S-gene merupakan salah satu elemen virus yang tidak ada pada varian Omicron akibat mutasi yang dialami.
Dilansir dari Sky News, (29/11/2021), jika S-gene tidak ada dalam sampel PCR, maka kemungkinan besar kasusnya adalah Omicron.
Kemungkinan itu harus dikonfirmasi dengan sekuens genomik penuh atau genome sequencing.
Artinya, orang yang menjalani tes SGTF bakal menjalani isolasi.
Pemeriksaan SGTF perlu dilakukan dan harus disekuens untuk memastikan, karena varian Omicron mudah menyebar.
Apabila kasus probable terdeteksi lebih awal, maka pasien bisa langsung menjalani isolasi agar virus tidak semakin merebak.
Mengenai hal itu, Menkes Budi memastikan, Indonesia bakal memiliki fasilitas untuk mendeteksi subvarian BA.2 Omicron.
Baca juga: Ditemukan di 40 Negara, Subvarian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya?