Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Subvarian Omicron BA.2, Apa Itu dan Seberapa Berbahaya?

Kompas.com - 28/01/2022, 20:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Virus corona tak berhenti sampai di varian Omicron saja. Baru-baru ini muncul BA.2 yang disebut Son of Omicron.

BA.2 telah terdeteksi di lebih dari 40 negara di dunia.

Namun apa sebenarnya BA.2? Seberapa berbahaya?

Berikut ini jawaban dari beberapa epidemiolog:

Baca juga: Ditemukan di 40 Negara, Subvarian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya?

Penjelasan epidemiolog

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Bayu Satria Wiratama menjelaskan, BA.2 bukan varian baru, melainkan sub varian Omicron.

"BA.2 ini sub varian dari omicron tapi masih dalam keluarga omicron. Jadi bukan varian baru," kata Bayu pada Kompas.com, Jumat (28/1/2022).

Terkait apakah varian ini lebih cepat menular atau tidak dibanding varian Omicron, Bayu menjawab, belum diketahui secara pasti, karena diperlukan penelitian yang lebih mendalam.

"Belum diketahui pasti, minimal dia akan sama dengan Omicron," tutur Bayu.

Lalu terkait penularannya, dia menjelaskan sub varian BA.2 sama dengan Covid-19 pada umumnya, yakni melalui droplets dan airborne.

Begitu juga dengan pencegahannya. Langkah yang harus dilakukan masih sama, yakni:

  1. memakai masker
  2. mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir
  3. menjaga jarak
  4. menjauhi kerumunan
  5. membatasi mobilisasi dan interaksi.

"Kemudian vaksin untuk menurunkan risiko keparahan," imbuh Bayu.

Baca juga: Lansia Rentan Terkena Omicron, Bagaimana Capaian Vaksinasi Lansia di RI?

Satu dari tiga subvarian dari Omicron

Dihubungi terpisah, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman juga menjelaskan bahwa varian Omicron tidak hanya memiliki sub varian BA.2, akan tetapi ada BA.1 dan BA.3

"BA.2 ini juga adalah Omicron atau sub varian dari Omicron. Saya melihat hampir sama-lah BA.1 dan BA.2 ini ancamannya. Pesan pentingnya jangan meremehkan, jangan abai, jangan over convidence, karena akhirnya kalau bersirkulasi kita akan menambah musuh baru," kata Dicky pada Kompas.com, Jumat (28/1/2022).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pada BA.1 terdapat Gen S yang hilang, sehingga bisa dideteksi dengan PCR khusus (PCR-SGTF).

Akan tetapi, pada sub varian BA.2 tidak bisa dideteksi menggunakan PCR, harus melalui teknik Whole Genome Sequencing (WGS).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com