Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Baru akibat Covid-19 di Indonesia Tertinggi Dunia, Salip India dan Brasil

Kompas.com - 12/07/2021, 13:40 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada Minggu (11/7/2021), Indonesia mencatatkan rekor 1.007 kematian baru akibat Covid-19.

Selain rekor tambahan tertinggi, angka kematian baru itu menjadikannya yang tertinggi di dunia, menyalip India dan Brasil.

Pada hari yang sama, India melaporkan 720 kematian akibat Covid-19, sedangkan Brasil 597 kematian, berdasarkan data Worldometer.

Tepat di bawah Indonesia, Rusia yang juga tengah menghadapi lonjakan kasus Covid-19 melaporkan 749 kematian.

Kendati demikian, Amerika Serikat tetap menjadi negara dengan kasus total kematian akibat virus corona tertinggi.

Negeri Paman Sam itu sejauh ini memiliki 662.845 kematian, disusul Brasil dengan 533.546 kematian, dan India 408.792 kematian.

Adapun Indonesia, hingga Minggu, melaporkan 66.464 kematian akibat Covid-19. Ini merupakan jumlah tertinggi ketiga di Asia, setelah India dan Iran.

Baca juga: Beredar Isu PPKM Darurat Diperpanjang hingga 17 Agustus 2021, Jubir Luhut: Tidak Benar

Alasan angka kematian tinggi

Pekan lalu, Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, tingginya angka kematian ini terjadi seiring melonjaknya kasus positif virus corona di Indonesia.

"Angka kematian yang terus meningkat ini dikontribusikan oleh banyak hal termasuk kasus yang juga semakin meningkat," kata Wiku saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Karenanya, pemerintah saat ini terus berusaha untuk menjamin agar manajemen pelayanan kesahatan diterapkan dengan baik di setiap daerah.

Selain itu, Wiku juga tidak menampik bahwa lonjakan kematian pasien Covid-19 ini disebabkan oleh kapasitas rumah sakit yang penuh.

"Kapasitas rumah sakit memang bukan tidak ada batasnya," jelas dia.

"Maka dari itu, upaya untuk mencegah penularan di masyarakat sangat penting untuk mengurangi jumlah orang yang perlu perawatan di RS," tambah Wiku.

"Kapasitas rumah sakit memang bukan tidak ada batasnya," jelas dia.

"Maka dari itu, upaya untuk mencegah penularan di masyarakat sangat penting untuk mengurangi jumlah orang yang perlu perawatan di RS," tutup Wiku.

Baca juga: Simak, Ini Alur Pelayanan Telemedisin Pasien Isolasi Mandiri!

Minimnya respons

Sementara itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, tingginya kematian Covid-19 ini disebabkan oleh minimnya respons di hulu, baik 3T, 5M, maupun deteksi kasus.

Dengan minimnya respons tersebut, warga yang tertular virus corona terlambat terdeteksi.

"Sehingga, mereka terlambat terdeteksi, terlambat dirawat. Jadi datang sudah dalam kondisi parah, saturasi oksigennya sudah berat," ujar dia.

"Artinya, kasus yang dua tiga minggu lalu itu jauh lebih banyak yang tidak terdeteksi," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

Tren
Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Tren
Kekuasaan Sejarah

Kekuasaan Sejarah

Tren
Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Tren
Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Tren
Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Tren
Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Tren
Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Tren
Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Tren
Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Tren
Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Tren
Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Tren
Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Tren
Cara Melihat Nomor Sidanira untuk Daftar PPDB Jakarta 2024

Cara Melihat Nomor Sidanira untuk Daftar PPDB Jakarta 2024

Tren
Kronologi Balita 2 Tahun di Sidoarjo Meninggal Usai Terlindas Fortuner Tetangga

Kronologi Balita 2 Tahun di Sidoarjo Meninggal Usai Terlindas Fortuner Tetangga

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com