Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Semua Orang Harus Divaksinasi Covid-19

Kompas.com - 10/01/2021, 19:31 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengatakan, vaksinasi Covid-19 bertujuan menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) dan kekebalan individu terhadap virus corona. 

Oleh karena itu, semua orang harus mendapatkan vaksin, baik yang pernah terkonfirmasi positif Covid-19 maupun yang tidak.

"Tidak ada perbedaan sebetulnya antara yang sudah terinfeksi dan tidak, sama-sama harus divaksinasi. Secara ilmiah sebetulnya harus divaksin karena mereka (yang pernah terinfeksi dan belum pernah) sama-sama bisa terinfeksi," kata Dicky pada Kompas.com, Sabtu (9/1/2021).

Ia mengatakan, orang-orang yang terinfeksi virus corona di Indonesia mayoritas tidak bergejala atau mengalami gejala ringan.

Oleh karena itu, kemungkinan antibodi yang dikembangkan tubuh sangat kecil sehingga perlu divaksin.

Baca juga: 4 Tahapan Vaksinasi Covid-19 dan Jadwal Pelaksanaannya

Akan tetapi, pengecualian bagi beberapa golongan.

"Orang yang terinfeksi tetap harus divaksin, kecuali misalnya orang itu dirawat di ICU belum lama atau sakit parah, umumnya kecenderungannya memiliki antibodi yang lebih besar atau kuat," ujar Dicky.

Dia juga mengingatkan, sebaiknya pendataan orang-orang yang mendapatkan vaksin dilakukan secara cermat.

Bagi mereka yang pernah terinfeksi dan tidak terinfeksi, harus dibedakan untuk memudahkan penilaian akhirnya.

Melansir laman Kemenkes, 22 Juli 2020, salah satu penelitian di Jerman menunjukkan bahwa jumlah antibodi pada tubuh pasien Covid-19 turun bahkan hilang secara signifikan, yakni setelah dua atau tiga bulan.

Baca juga: Saat Pemerintah Berjanji Tanggung Biaya Perawatan Efek Samping Vaksinasi Covid-19...

"Antibodi yang menghentikan serangan virus, menghilang hanya dalam waktu dua sampai tiga bulan pada 4 dari 9 pasien yang dimonitor," kata dokter kepala di rumah sakit Schwabing di München Jerman, Clemens Wendtner.

Hasil pemantauan tersebut juga sama dengan investigasi yang sudah dilakukan di China.

Riset di China juga menunjukkan, antibodi virus SARS-CoV-2 pada eks pasien Covid-19 tidak ada lagi dalam darah mereka.

Dalam kondisi seperti itu, pasien bisa kembali terinfeksi virus corona karena tidak lagi memiliki perlindungan atau kekebalan tubuh.

Baca juga: Update Proses Vaksinasi di Indonesia, Ini Penjelasan BPOM dan MUI

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pencegahan Penularan Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com