KOMPAS.com - Para ilmuwan di seluruh dunia kini berlomba-lomba mengungkap misteri seputar virus corona yang muncul sejak akhir 2019.
Berdasarkan data Worldometers, Minggu (25/10/2020), virus corona telah menginfeksi sebanyak 42.990.580 orang di seluruh dunia.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 31.707.974 pasien dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan 1.155.437 lainnya meninggal dunia.
Oleh karena itu, pengungkapan misteri Covid-19 yang dilakukan para ilmuwan ini sangat penting untuk mendukung pembuatan obat, vaksin, dan menentukan langkah pencegahan.
Baca juga: Studi Cornell University: Presiden AS Donald Trump Pendorong Terbesar Misinformasi Covid-19
Berikut sejumlah studi baru terkait virus corona yang dirilis para ilmuwan. Berikut daftarnya:
Sebuah studi yang diterbitkan British Medical Journal (BMJ) menunjukkan pengobatan menggunakan plasma darah pasien yang pulih tak banyak berpengaruh pada pasien virus corona.
Hasil studi itu didapatkan setelah meneliti 400 pasien Covid-19 yang tengah dirawat di rumah sakit seluruh India, antara April dan Juli 2020.
Mereka kemudian dibagi menjadi dua kelompok, satu di antaranya menerima dua transfusi plasma selang 24 jam dan mendapat perawatan terbaik.
Usai 7 hari, beberapa gejala seperti sesak napas dan kelelahan terlihat membaik. Namun, pengobatan itu tak mengurangi kemungkinan kematian atau peningkatan gejala menjadi parah.
"Percobaan dapat menunjukkan efek kecil pada tingkat di mana pasien dapat terbebas dari virus, tetapi ini tidak cukup untuk meningkatkan pemulihan mereka dari penyakit," kata Simon Clarke, ahli mikrobiologi seluler di Univesity of Reading.
Baca juga: Studi: Plasma Darah Tak Beri Banyak Manfaat dalam Pengobatan Covid-19
Baru-baru ini, satu penelitian menyebut vaksin dari AstraZeneca dinilai dapat memicu kekebalan yang kuat dari virus corona.
Menurut analisis para ilmuwan independen di Inggris, hasil pengujian sementara ini bisa menjadi kabar positif.
"Vaksin ini melakukan semua yang kami harapkan dan itu kabar baik dalam perjuangan kami melawan penyakit," kata ahli virologi dari University of Bristol yang juga menjadi pemimpin penelitian, David Matthews.
Vaksin AstraZeneca yang bekerja sama dengan Oxford University ini dibuat dengan mengambil virus flu biasa yang disebut adenovirus dari simpanse dan menghapus sekitar 20 persen instruksi virus.
Baca juga: Studi: Vaksin Corona AstraZeneca Disebut Picu Respons Imun Kuat dan Sesuai Instruksi
Studi permodelan yang dilakukan Institute for Health Metrics dan Evaluation (IHME), University of Washington, memperkirakan angka kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat akan melebihi 500.000 pada Februari 2021.