Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bolehkah Kita Menggunakan Kata “Jangan” Saat Melarang Anak?

Kompas.com - 26/09/2020, 12:07 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Mendampingi anak tumbuh bukanlah perkara yang mudah.

Hal ini karena bagaimana orang tua bersikap dan berbicara dapat mempengaruhi perkembangan anak saat dewasa nanti.

Banyak pendapat mengatakan, saat berbicara kepada anak, sebaiknya orang tua menghindari kata ‘jangan’ saat melarang anak-anak dalam melakukan sesuatu.

Baca juga: 5 Faktor Mengapa Game Bisa Membuat Kecanduan Pemainnya

Lantas benarkah seseorang sebaiknya tidak menggunakan kata ‘jangan’ saat melarang anaknya?

Psikolog dari Fakultas UI Rose Mini Adi Prianto mengatakan, hal tersebut tergantung dari bagaimana kondisi si anak.

“Pada usia-usia tertentu anak kadang-kadang kalau dikatakan mau kiri atau kanan? Dijawab kanan, ikut yang belakang. Tapi juga pada usia-usia tertentu, anak kalau dikatakan sesuatu malah melakukan hal sebaliknya,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

Untuk menghadapi anak yang melakukan segala sesuatu yang justru kebalikan dari yang diperintahkan orang tua, maka menurut Romi saat melarang anak yang demikian sebaiknya orang tua tidak menggunakan kata 'jangan'.

“Kan kalau jangan artinya tidak boleh. Jadi, kata yang bisa dikatakan orang tua diawali: Boleh tapi setelah ini, atau Boleh melakukan itu tapi adik makan dulu ya sekarang,” ujarnya.

Baca juga: Video Viral Anak Kecil Naik Pesawat Sendiri, Bagaimana Prosedur dan Aturannya?

Alergi dengan kata jangan

Ilustrasi balitaKOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Ilustrasi balita

Ia melanjutkan memang banyak anak yang seperti ‘alergi’ dengan kata jangan.

“Itu sangat tergantung pada anaknya ada yang memang suka seperti itu tapi ada pula anak yang bisa menuruti. Tapi saat usia bisa berargumentasi dia akan bertanya mengapa enggak boleh,” terangnya.

Sementara itu, psikologi dari Lembaga Psikologi Anava, Solo, Jawa Tengah, Maya Savitri  menilai boleh tidaknya penggunaan kata ‘jangan’ menurutnya tergantung dari konteks.

“Kalau diucapkan dengan nada marah, berulang, akan membuat anak jadi takut untuk berbuat salah,” tuturnya saat dihubungi terpisah, Jumat (25/9/2020).

Baca juga: Mengenang Papa T Bob, Pencipta Lagu Anak yang Populer di Era 90-an

Akan tetapi jika pengucapannya diucapkan dengan nada yang pelan dengan intonasi rendah serta disertai dengan penjelasan sebab akibat yang logis, menurutnya hal itu tidaklah masalah.

Lebih lanjut Maya menjelaskan ada beberapa cara yang baik yang bisa dilakukan orang tua saat melarang anaknya, di antaranya:

  • Intonasi rendah (tidak dengan memarahi)
  • Melihat dulu aksi anak, jika sekiranya berbahaya maka dapat dilarang, tapi jika tidak, membiarkan anak mengeksplorasi lingkungan dapat membuat anak menjadi lebih percaya diri
  • Berikan kesempatan anak untuk berpikir dengan bertanya kepada mereka. Misalnya; ‘Kalau adik naik tangga seperti itu, kira-kira nanti adik bisa apa ya? Oke, terus yang dirasakan apa?’

 Baca juga: Saat Anak Bosan Belajar di Rumah, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Hati-hati Para Orangtua, 5 Kalimat yang Bisa Runtuhkan Dunia Anak-anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

Tren
Istri Bintang Emon Positif 'Narkoba' Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Istri Bintang Emon Positif "Narkoba" Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com