KOMPAS.com - Sejumlah peneliti, ahli dan perusahaan farmasi di dunia tengah berlomba-lomba untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Hal itu dilakukan sebagai upaya membantu memutus rantai penularan virus corona yang telah menginfeksi hampir 26 juta orang di dunia.
Menurut catatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 170 kandidat vaksin yang tengah dikembangkan saat ini.
Normalnya, vaksin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diuji efektivitasnya dan tambahan waktu untuk produksinya.
Akan tetapi, para ilmuwan berharap dapat mengembangkan vaksin virus corona baru ini dalam waktu 12-18 bulan.
Baca juga: Mutasi Virus Corona Lebih Menular di Indonesia, Apa Pengaruhnya pada Vaksin?
Terbaru, pada hari Senin (31/8/2020), perusahaan farmasi Astra Zeneca menyebut bahwa fase 3 pengujian vaksin virus corona yang dikembangkannya mulai dilakukan di Amerika Serikat (AS).
Perlu diketahui, tahapan pengujian vaksin secara umum terdiri dari tahap pra klinis, fase 1 pengujian klinis, fase 2 pengujian klinis, dan fase 3 pengujian klinis hingga akhirnya disetujui.
Pada tahap pra klinis, peneliti memberikan vaksin kepada hewan untuk melihat apakah dapat memicu respons imun atau tidak.
Pada fase 1 pengujian klinis, vaksin diberikan kepada sekelompok kecil manusia untuk mengukur apakah aman dan juga untuk mempelajari tentang respons imun yang dipicu.
Kemudian, fase 2, vaksin diberikan kepada ratusan orang sehingga ilmuwan dapat mempelajari lebih banyak tentang keamanan dan dosis yang tepat.
Terakhir, fase 3, vaksin diberikan kepada ribuan orang untuk memastikan keamanan, termasuk efek samping yang jarang ditemukan serta keefektifannya untuk memberikan kekebalan pada virus.
Uji ini mencakup kelompok kontrol yang diberikan plasebo.
Baca juga: Bagaimana Kondisi Relawan Kloter Kedua Setelah Disuntik Vaksin Corona?
Astra Zeneca pun menjadi perusahaan ketiga yang memulai uji tahap akhir dari vaksin Covid-19 ini.
Melansir CNN, 31 Agustus 2020, vaksin ini dikembangkan melalui kerja sama dengan Oxford University.
Astra Zeneca mengatakan bahwa pihaknya mengikutsertakan 30.000 orang dewasa berusia 18 tahun ke atas dari berbagai ras, etnik, dan kelompok geografis, dengan kondisi sehat ataupun yang memiliki riwayat medis, termasuk HIV dan mereka yang berisiko tinggi terpapar Covid-19.