Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdagangan Budak di Bali

Kompas.com - 27/02/2024, 16:49 WIB
Ini Tanjung Tani,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perdagangan di wilayah Jawa bagian timur meningkat pesat serta ramai disinggahi pedagang asing pada abad ke-17 hingga abad ke-19, tak terkecuali Bali.

Pada abad inilah masyarakat Bali mulai menjalin hubungan dengan orang-orang Eropa. Perbudakan di Eropa juga turut dibawa ke Nusantara.

Agama Hindu Sebagai Faktor Utama Terjadinya Perbudakan

Pemahaman agama Hindu yang sudah ada di Bali sejak abad ke-14, menjadi faktor utama aktivitas jual beli budak di Bali.

Disebutkan dalam prasasti Sukawana yang berangka tahun 804 Saka, bahwa pada abad ke-9 masyarakat Bali sudah mempunyai budak. Budak bahkan menjadi komoditas ekonomi.

Agama Hindu menerapkan sistem kasta yang menyebabkan kaum paling rendah dalam kasta sosial, menjadi budak.

Masyarakat Bali sudah mengenal catur kasta, yaitu pengelompokan status sosial berdasarkan garis keturunan. Kelas kasta tersebut diantaranya adalah Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.

Namun, dalam Prasasti Srokodan berangka tahun 999 Saka, menyebutkan secara eksplisit budak sebagai kasta terendah setelah Sudra.

Sehingga, bisa disebut bahwa perbudakan di Bali sudah terjadi sebelum datangnya bangsa Barat.

Baca juga: Keterkaitan antara Hak Tawan Karang dan Perlawanan Rakyat Bali

Distribusi Budak di Bali

Setelah bangsa Barat datang ke Bali sekitar abad ke-17, perdagangan budak di Bali semakin masif.

Hal ini dikarenakan pihak VOC saat itu membutuhkan budak sebagai kuli, pembantu perkebunan, bahkan prajurit perang.

Kebutuhan tersebut mempengaruhi tingkat penjualan budak di Bali. Budak menjadi komoditi utama dalam perdagangan di Bali, bahkan menjadi penggerak perekonomian pertama saat itu.

Budak-budak asal Bali dikirim ke berbagai daerah. Seperti Batavia, Maluku bahkan hingga ke Afrika Selatan serta penjuru pulau-pulau di Samudera Pasifik dan Hindia.

Sekitar 2.000 budak diperdagangkan setiap tahunnya oleh bangsawan Bali. Budak-budak tersebut biasanya ditukarkan dengan koin, senjata hingga candu.

Palayaran maritim di Pulau Bali saat itu menjadi jalur yang sangat penting bagi pendistribusian budak antar pulau.

Salah satunya adalah kawasan Teluk Benoa yang langsung berhadapan dengan kawasan Samudera Hindia dan juga Selat Lombok serta Selat Bali.

Baca juga: Sejarah Mulainya Perbudakan di Amerika Serikat

Kedua kawasan tersebut menjadi pusat perdagangan antara kawasan Asia dan Australia.
Harga budak di Bali sediri terbilang cukup mahal di pasaran Nusantara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com