Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Israel Nyaris Didirikan di Kenya

Kompas.com - 07/12/2023, 09:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Konflik Israel-Palestina yang masih membara hingga kini dimulai dengan migrasi kalangan Yahudi Eropa ke Palestina.

Dalam bukunya yang berjudul Der Judenstaat (Negara Yahudi), sang Bapak Zionisme Theodor Herzl menuliskan bahwa orang-orang Yahudi harus meninggalkan Eropa menuju Palestina.

Palestina adalah tanah air yang secara historis, menurut orang-orang Yahudi, dijanjikan untuk mereka.

Masalahnya adalah, selama berabad-abad wilayah Palestina telah dihuni oleh mayoritas penduduk Arab, meliputi Muslim Arab, Kristen, dan komunitas Yahudi.

Inggris sempat menawarkan agar para Zionis mendirikan permukiman Yahudi di wilayah barat Kenya, yang saat itu masih menjadi jajahan Inggris.

Namun, usulan tersebut ditolak banyak pihak dan Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel di wilayah Palestina pada 1948.

Baca juga: Chaim Weizmann, Presiden Pertama Israel

Skema Uganda

Usulan Inggris agar kalangan Yahudi membentuk tanah air di Kenya dikenal sebagai Skema Uganda (Uganda Scheme) atau Rencana Uganda.

Skema Uganda dicetuskan oleh Menteri Urusan Kolonial Inggris Joseph Chamberlain.

Pada 1903, Chamberlain menawarkan agar para Zionis mendirikan permukiman Yahudi di dataran tinggi Guas Ngishu di wilayah di Afrika Timur yang dikuasai Inggris.

Daerah yang ditawarkan itu sebenarnya masih masuk dalam wilayah barat Kenya, tetapi Chamberlain salah menyebutnya sebagai Uganda.

Karena itu, gagasannya dikenal sebagai Skema Uganda, bukan Skema Kenya.

Theodor Herzl tidak langsung menolak usulan tersebut, karena menurutnya kurang bijaksana secara politis.

Bagi Herzl, dengan adanya usulan tersebut berarti gerakan Zionis yang diperjuangkannya tidak dipandang sebelah mata oleh kekuatan besar di Eropa, dalam hal ini Inggris.

Baca juga: Deklarasi Balfour, Awal Pendudukan Zionis di Palestina

Alih-alih menjadi penghalang, Herzl menganggap Skema Uganda dapat menjadi batu loncatan bagi tujuannya.

Herzl berharap Inggris perlahan menyadari bahwa persoalan Zionis hanya dapat diselesaikan di Palestina.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com