Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perpecahan Ideologi dalam Tubuh Serekat Islam

Kompas.com - 06/12/2023, 15:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam hiruk-pikuk sejarah perjuangan Indonesia, salah satu babak yang menarik perhatian kita adalah perpecahan ideologi yang melanda tubuh Sarekat Islam.

Organisasi yang semula menjadi pilar kebangkitan dan penyatuan bagi masyarakat Indonesia, justru terjebak dalam kompleksitas perbedaan pandangan yang menggoncangkan dasar-dasar kesatuan.

Bagaimana perpecahan ini muncul, berkembang, dan akhirnya membentuk dua faksi berbeda, SI Putih dan SI Merah?

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Lahirnya Partai Komunis Indonesia

Kemunculan Serekat Dagang Islam

Sarekat Islam pada awalnya dikenal sebagai perkumpulan pedagang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada 11 November 1911 di Solo oleh H. Samanhudi, seorang pedagang Muslim dari Surakarta.

Terbentuknya SDI dipicu oleh keinginan untuk bersaing dengan pedagang Tionghoa yang saat itu menguasai perdagangan batik di Solo.

Pada saat itu, pedagang Tionghoa memperoleh dukungan dari pemerintah Hindia Belanda untuk memproduksi barang menggunakan bahan baku yang diperoleh langsung melalui importir Eropa dengan harga lebih terjangkau.

Dampaknya, pedagang Tionghoa mampu menjual produk mereka dengan harga yang lebih rendah, sementara penjual batik lokal terkendala karena harus memperoleh bahan baku melalui perantara lokal dengan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan impor dari Eropa.

Situasi ini menyebabkan harga batik lokal menjadi lebih mahal daripada batik yang dijual oleh pedagang Tionghoa.

Praktik monopoli ini merugikan pedagang lokal dan menyulitkan mereka dalam menetapkan harga.

Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan tersebut, H. Samanhudi pun mendirikan Sarekat Dagang Islam di Surakarta untuk memajukan perniagaan pribumi dalam menghadapi pedagang Tionghoa, serta menggalang kerja sama di antara para pedagang Muslim.

Baca juga: Kebijakan Belanda terhadap Komunitas China di Hindia Belanda

Dari Serekat Dagang Islam menjadi Serekat Islam

Dalam perkembangannya, Samanhudi bekerja sama dengan R. M. Tirtoadisuryo. Namun, kerja sama ini tidak berlangsung lama karena terjadi perseteruan yang mengakibatkan penurunan aktivitas SDI.

Untuk memastikan kelangsungan organisasi, Samanhudi meminta H. O. S. Tjokroaminoto untuk mengorganisir perkumpulan dagang tersebut.

Tjokroaminoto setuju dan membentuk organisasi baru bernama Sarekat Islam pada 1912. Ia pun menjadi ketua menggantikan Samanhudi.

Perubahan nama ini bertujuan agar keanggotaan organisasi tidak terbatas pada golongan pedagang, melainkan mencakup seluruh lapisan masyarakat.

Transformasi ini membuat SI tidak hanya berfokus pada perekonomian, melainkan juga memperluas aktivitasnya ke sektor politik dan sosial budaya, dengan dasar ajaran Islam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com