KOMPAS.com - Chauvinisme adalah suatu sikap fanatisme terhadap suatu keyakinan atau idealisme tertentu.
Pada dasarnya, chauvinisme mengusung rasa cinta tanah air yang berlebihan dengan mengagungkan bangsa sendiri.
Kecintaan berlebihan pada tanah air inilah yang sering menjadi pemicu terjadinya konflik sosial di tengah masyarakat.
Oleh sebab itu, chauvinisme juga sering disebut sebagai nasionalisme negatif.
Baca juga: Partai Nazi: Berdirinya, Kepemimpinan Adolf Hitler, dan Pembubaran
Alasan chauvanisme dikatakan sebagai nasionalisme negatif karena chauvinisme merujuk pada sikap arogan yang dimiliki suatu kelompok atau bangsa, yang menganggap bangsa mereka lebih unggul dibanding bangsa lainnya, sehingga chauvinisme cenderung meremehkan atau merendahkan kelompok atau bangsa lain.
Oleh karena itu, perilaku chauvinisme harus dihindari, karena dapat memicu sikap-sikap sebagai berikut:
Di Indonesia, sikap chauvinisme umumnya muncul karena tingginya keyakinan akan budaya daerahnya dibanding budaya lain.
Misalnya, penghinaan adat istiadat, mencemooh tradisi dan norma daerah, sampai hinaan yang mengandung unsur SARA.
Awalnya, chauvinisme dipandang sebagai suatu hal yang positif karena dinilai mampu menumbuhkan rasa kesetiaan pada negara.
Akan tetapi, sikap ini lama-lama dianggap sebagai sikap negatif.
Sikap kesetiaan yang terlalu berlebihan pada sebuah idealisme tertentu dapat menjadi pemicu terjadinya perpecahan antarsuku, bangsa, dan negara.
Contohnya kasus pembunuhan enam juta orang Yahudi pada masa Perang Dunia II karena ideologi yang dikembangkan Adolf Hitler adalah ideologi nasionalisme chauvinisme.
Chauvinisme pernah dianut oleh beberapa negara, sebagai berikut:
Referensi: