KOMPAS.com - Perang Dingin digunakan untuk menyebut periode ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet dengan sekutunya masing-masing.
Perang ini melibatkan Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet.
Para ahli kerap berbeda pendapat terkait periode berlangsungnya Perang Dingin.
Namun, banyak pihak sepakat bahwa Perang Dingin dimulai pada 12 Maret 1947, ketika AS mengeluarkan Doktrin Truman dan baru berakhir pada 26 Desember 1991, ketika Uni Soviet resmi bubar.
Satu hal yang mencolok, periode Perang Dingin identik dengan perkembangan ideologi.
Lantas, mengapa Perang Dingin identik dengan perkembangan ideologi?
Baca juga: Perang Saudara yang Berkaitan dengan Perang Dingin
Perang Dingin identik dengan perkembangan ideologi karena pihak yang bersitegang, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, berbeda ideologi dan saling menyebarkan pengaruhnya.
Pada masa Perang Dunia II (1939-1945), AS dan Uni Soviet tergabung dalam satu kubu, yakni Blok Sekutu.
Kendati demikian, dua negara tersebut sebenarnya telah bersitegang akibat perbedaan ideologi.
Amerika Serikat beraliran liberal-kapitalis, sedangkan Uni Soviet berpaham komunis-sosialis.
Ketika Perang Dunia II berakhir, ketegangan tersebut memuncak karena AS khawatir terhadap perkembangan komunisme Uni Soviet.
Pasalnya, Uni Soviet, yang mendapatkan Jemar Timur, juga menyebarkan pengaruhnya ke negara-negara bekas jajahan Jerman.
Langkah ini membuat AS dan Inggris khawatir bahwa pengaruh komunisme Uni Soviet akan mengganggu dominasi mereka di Eropa Barat.
Baca juga: Dampak Perang Dingin bagi Negara Dunia Ketiga
Di sisi lain, Uni Soviet sebenarnya telah menyimpan dendam atas perilaku AS yang dinilai menganaktirikan negaranya dalam komunitas internasional.
Selain itu, Uni Soviet geram atas AS yang tidak segera mengambil sikap saat Perang Dunia II, yang mengakibatkan banyak kerugian nyawa bagi Uni Soviet.