SANTRI itu asal mulanya tidak dari bahasa Arab, tetapi Sansekerta. Bahasa itu termasuk dalam payung Indo-Eropa, bagian di dalamnya bahasa Arya, dari rumpun yang juga menyebar di Asia yang menjadi dasar bahasa Melanesia dan Astronesia.
Di dalamnya termasuk bahasa Melayu, Jawa, Batak, Sunda, Madura, Bugis, Dayak, Aceh, Sasak, Bali, Minahasa, Nias, dan seterusnya di pulau-pulau Nusantara.
Semua bahasa-bahasa Nusantara berasal dari rumpun itu, kawin mawin dan campur karena pergaulan sosial dan ekonomi menjadikan bahasa masing-masing unik dan berkembang.
Naskah-naskah dalam sastra kuno di kerajaan Jawa seperti Majapahit menggunakan bahasa yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta, seperti kata Bhinneka Tunggal Ika dalam kitab Sutasoma.
Bahasa Sansekerta pengaruhnya luas, setelah bahasa Belanda masuk pelan-pelan mewarnai dan bercampur dengan bahasa Melayu yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia.
Di era saat ini jelas bahasa Inggris memengaruhi banyak kata dan struktur dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Arab juga memegang peranan penting, karena iman dan agama Islam berperan dalam sisi sosial dan budaya di Nusantara.
Namun khusus kata santri tidak dari bahasa Arab, walaupun praktiknya digunakan dalam menjalankan agama yang asalnya dari sana.
Agama tidak serta merta tetap dan melekat pada asal kelahiran, tetapi terjadi kompromi dan evolusi dengan budaya lokal. Islam juga dalam praktiknya berubah di Indonesia. Kata santri adalah buktinya.
Dalam kata santri tidak ada huruf Arab yang asli membunyikannya. Dalam bahasa yang berasal dari rumpun Semitik termasuk di dalamnya Ibrani dan Aramaik, dan bahasa-bahasa di Timur Tengah lainnya, kata santri tidak ditemui bunyinya.
Bahasa dari rumpun Semitik juga bercampur dengan bahasa Yunani, Latin, Persia, dan lain-lain. Di Indonesia bahasa Arab juga bertemu dengan rumpun Indo-Eropa, termasuk Sansekerta. Ini unik, Islam berjumpa dengan Hinduisme dan Buddhisme.
Islam berjumpa dengan Kristiani dan Yahudi sudah jamak di Timur Tengah. Namun Islam berjumpa dengan tradisi India, terjadi di India dan Indonesia.
Kata santri yang merujuk ke Sansekerta merupakan bukti silang dan bercampurnya tradisi Arab dan India.
Dalam penampilan wayang, para cantrik menghadap para resi, termasuk punokawan Semar, Petruk, Gareng dan Bagong adalah cantrik dan Begawan.
Santri sudah di-Indonesiakan, diucapkan sesuai dengan bahasa etnis masing-masing.
Santri mengandung konsonan ganda t dan r, tri.