Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak Etnis China di Buitenzorg

Kompas.com - 10/10/2023, 15:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejarah kehadiran orang China pertama kali di Jawa Barat dimulai ketika Fa Hien, seorang pendeta Buddha dari Tiongkok, terdampar di Kerajaan Tarumanegara dalam perjalanannya pulang dari India.

Namun, perpindahan permanen orang China ke wilayah Jawa Barat baru terjadi pada abad-abad berikutnya, seiring dengan perkembangan Islam dan kebijakan pemerintah Belanda (VOC) di Indonesia.

Berikut perjalanan sejarah etnis China di Bogor.

Baca juga: Asal-usul Istana Bogor, dari Buitenzorg hingga Jadi Tempat Kediaman Presiden

Kehidupan masyarakat China pada masa kolonial

Pada masa penjajahan Belanda, Bogor disebut sebagai Buitenzorg.

Pada umumnya, permukiman masyarakat China di Bogor atau Buitenzorg, mirip dengan kota-kota lain di Indonesia, di mana mereka mendiami suatu area tertentu yang disebut PeTionghoan.

Kawasan PeTionghoan di Bogor, sebagaimana diatur oleh Keputusan Pemerintah pada 1845, terletak di sepanjang Handelstraat (Jalan Perniagaan) hingga tanjakan Jalan Empang.

Mayoritas warga keturunan China di Bogor pada periode tersebut menggeluti profesi perdagangan, sejalan dengan posisi strategis PeTionghoan di pusat kota yang merupakan jalur ekonomi selama pemerintahan Belanda.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, kawasan ini mengalami transformasi fisik dan peningkatan kepadatan penduduk di balik bangunan-bangunan perdagangan.

Selain itu, pemerintah Belanda pada masa itu memberlakukan sistem wijkenstelsel dan passenstelsel untuk masyarakat China, serta mendirikan sistem opsir.

Sistem wijkenstelsel dibuat untuk membatasi tempat tinggal warga China di wilayah tertentu,

Sementara itu, passenstelsel adalah sistem kartu identitas yang mengatur pergerakan dan pekerjaan mereka, mencerminkan praktik diskriminatif terhadap komunitas China di Hindia Belanda.

Pada 1810, seorang pedagang China bernama Cai Wengong diangkat menjadi kapitan Tionghoa pertama.

Pada 1883, pemerintah menetapkan satu kapitan dan empat luitenan untuk wilayah Bogor karena jumlah masyarakat China yang meningkat menjadi 4300 jiwa.

Baca juga: Sejarah Muslim Tionghoa di Indonesia Era Kolonial

Pada 1927, jumlah tersebut meningkat kembali dan Pemerintah Hindia Belanda menunjuk satu kapitan dan dua luitenan untuk mengelola wilayah Bogor.

Di Bogor, setelah sistem opsir dihapuskan dianggap melambangkan kepentingan Belanda dan dianggap tidak menghormati mereka. Setelah itu, pemimpin baru pun muncul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com