Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latar Belakang Agresi Militer Belanda II

Kompas.com - 13/09/2023, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 tidak lantas membuat Belanda mengikhlaskan wilayah jajahannya.

Setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaannya pada dunia, Belanda masih melakukan segala cara untuk kembali berkuasa.

Salah satu upaya yang dilakukan Belanda adalah dengan melancarkan agresi militer sebanyak dua kali.

Peristiwa Agresi Militer Belanda II dimulai pada 19 Desember 1948.

Apa latar belakang Agresi Militer Belanda II?

Baca juga: Mengapa Agresi Militer Menjadi Bumerang bagi Belanda?

Penyebab Agresi Militer Belanda II

Latar belakang Agresi Militer Belanda II adalah pelaksanaan hasil Perundingan Renville yang mengalami kemacetan.

Untuk menyelesaikan Agresi Militer Belanda I yang dilancarkan pada pertengahan 1947, Indonesia dan Belanda dipertemukan dalam Perjanjian Renville.

Perjanjian Renville ditandatangani pada 17 Januari 1948, setelah Belanda dan Indonesia berunding di atas geladak kapal perang USS Renville milik Amerika Serikat sebagai tempat netral.

Isi Perjanjian Renville di antaranya:

  • Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS)
  • Republik Indonesia menjadi bagian RIS
  • Dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan kepalanya Raja Belanda
  • Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesia Belanda
  • Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara
  • Wilayah Indonesia yang diakui Belanda adalah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera
  • Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis demarkasi yang disebut Garis Van Mook
  • Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong) harus dipindahkan ke daerah Republik Indonesia.
  • Diadakan pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante RIS

Baca juga: Bantuan Aceh Saat Agresi Militer Belanda II

Isi Perjanjian Renville sangat merugikan Republik Indonesia. Alhasil, muncul banyak ketidakpuasan dari berbagai pihak hingga membuat Kabinet Amir Syarifuddin jatuh.

Situasi di dalam pemerintahan yang kacau ini membuat Belanda merasa memiliki kesempatan.

Belanda mencium gelagat bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia tidak kompak dalam menghadapi Belanda.

Keadaan ini segera dimanfaatkan untuk melancarkan Agresi Militer Belanda II.

Indonesia, melalui Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan perdana menteri, tetap tegas mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Di saat yang sama, Belanda terus berupaya mencari cara menjatuhkan wibawa Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com