Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namik Kemal: Tokoh Reformis Islam Bidang Politik

Kompas.com - 18/06/2023, 12:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak tahun 1800, Islam memasuki peralihan periode dari abad pertengahan menjadi abad modern.

Lahirnya periode abad modern ini dilatarbelakangi oleh kondisi peradaban Islam yang kala itu ditekan oleh Eropa karena keterbelakangannya dalam segala bidang.

Upaya agar dapat keluar dari tekanan tersebut yaitu melalui reformasi atau pembaharuan cara pandang Islam yang sudah kuno menuju modern.

Pembaharu Islam kala itu mulai mereformasi tatanan sosial, politik, pendidikan, dan ekonomi sebagaimana yang dikenal saat ini.

Tokoh-tokoh pembaharuan tersebut salah satunya adalah Namik Kemal.

Baca juga: 3 Periode Islam: Klasik, Pertengahan, Modern

Riwayat Hidup

Namik Kemal dilahirkan pada 1840 dari keluarga kelas atas di Turki dan wafat pada tahun 1888.

Sejak kecil ia telah mendapat pendidikan khusus di rumahnya sendiri. Ia belajar banyak bahasa seperti Arab, Persia, dan Perancis.

Tak ayal, pada usia 17 tahun ia telah menjadi pegawai di bidang penerjemahan di Tercüme Odasi. Setelah itu ia pindah menjadi pegawai di istana sultan.

Dalam perkembangannya, ia menunjukan kematangan dalam berpikir dan bertindak yang banyak dipengaruhi oleh Ibrahim Sinasi, seorang tokoh pergerakan Islam di Turki.

Tahun 1864, Namik Kemal dipasrahi Sinasi untuk memimpin surat kabar Tasyir-i Efkar. Tak lama setelah itu, Sinasi lari ke Paris karena diburu berkat tulisan dan propagandanya.

Melalui surat kabar tersebut, Namik kian semangat melancarkan tulisan-tulisan propaganda yang dapat memicu gejolak sosial politik di Turki.

Corak gerakan pembaharuan yang diterapkan oleh Namik Kemal lebih menitikberatkan pada pembaharuan sosial dan politik.

Baca juga: Abad Pertengahan Islam, Kemunduran Peradaban Islam

Pemikiran Pembaharu Namik Kemal

Namik Kemal memposisikan Islam tidak sebagai agama saja, melainkan sebagai pemecah masalah dalam kehidupan khususnya politik pemerintahan.

Baginya, Islam mengajarkan maslahah al-ammah atau kebaikan untuk masyarakat umum. Sehingga pemimpin haruslah berpedoman pada prinsip itu.

Ia menjelaskan lebih luas bahwa pemerintahan demokrasi tidaklah bertentangan dengan Islam. Sebab, Islam mengajarkan demokrasi dalam praktik masa Nabi dan sahabat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com