KOMPAS.com - Di awal kemerdekaannya, Indonesia belum memiliki ekonomi yang mapan.
Hal ini diperparah lagi setelah Belanda datang lagi ke Indonesia membawa prajuritnya untuk menguasai Indonesia lagi yang menyebabkan pertempuran dahsyat banyak terjadi.
Baca juga: Kronologi Agresi Militer Belanda I
Selama masa itu banyak terjadi peperangan dan diplomasi yang menguras banyak energi maupun materi.
Meskipun Indonesia kala itu telah menerapkan kebijakan Ekonomi Perang, Belanda dengan cara liciknya memboikot akses-akses tersebut.
Membaca kondisi tersebut, Indonesia menyadari bahwa menggantungkan kebutuhan revolusi dari kebijakan tersebut tidak akan cukup.
Seiring dengan tekanan tersebut, rakyat Indonesia melakukan upaya galang dana untuk biaya revolusi sebagaimana yang dilakukan oleh pegiat seni di Jawa.
Baca juga: Dampak Agresi Militer Belanda I terhadap Perjuangan Diplomasi Indonesia
Seniman Jawa kala itu berperan penting bagi Indonesia khusus dalam masa revolusi melalui pertunjukan seninya.
Pertunjukan seni yang ditampilkan tidak saja sekedar hiburan belaka, melainkan upaya penanaman semangat perjuangan, dan upaya penggalangan dana.
Seniman Jawa kala itu, melalui keahliannya masing-masing, membuka pertunjukan-pertunjukan untuk memenuhi kebutuhan revolusi.
Di Yogyakarta tanggal 14 November 1945, kelompok Rukun Kampung Jogonegaran melakukan upaya pertunjukan seni amal melalui pentas sandiwara dan sulap.
Kelompok ini kala itu mementaskan sandiwara dengan judul Pemberontakan Rakyat guna mendorong semangat nasionalisme.
Baca juga: Memudarnya Sandiwara Sunda Miss Tjitjih
Setengah dari hasil pertunjukan seni amal ini kemudian disalurkan mereka untuk membantu perekonomian Indonesia.
Kelompok lain yang melakukan hal serupa misalnya adalah Krido Budoyo dan Sekar Mulyo yang menggalang dana lewat seni ludruk di Malang.
Apa yang dilakukan oleh Rukun Kampung Jogonegaran ini ternyata menjadi pemantik bagi seniman lainnya untuk mengadakan acara serupa.
Upaya yang dilakukan oleh Rukun Kampung Jogonegaran melahirkan suatu kebijakan penting dalam lembaga Persatuan Usaha Sandiwara Indonesia (POSI).