KOMPAS.com - Umat Islam memiliki kalender yang dikenal dengan nama kalender Hijriah.
Meski penghitungannya berbeda dari kalender Masehi, satu tahun dalam kalender Hijriah juga terdiri atas 12 bulan.
Dari 12 bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan haram.
Apa yang dimaksud dengan bulan haram dalam Islam?
Baca juga: Bagaimana Perhitungan Kalender Hijriah?
Bulan haram adalah bulan mulia dalam Islam di mana Allah melarang semua manusia melakukan hal yang dinilai haram.
Empat bulan haram dalam Islam meliputi bulan Dzulqadah, Dzulhijah, Muharam, dan Rajab.
Hal itu sesuai sabda Nabi Muhammad yang pernah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
“Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas 12 bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan haram (suci), tiga di antaranya berturut-turut, yaitu Dzulqadah, Dzulhijah, dan Muharram, yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumada (Jumadil Akhir) dan Syaban.” (HR Bukhari dan Muslim)
Baca juga: Sejarah Muharram, Bulan Pertama dalam Kalender Hijriah
Dalam Kitab Zaadul Maysir, Al Qadhi Abu Ya’la mengatakan bahwa bulan haram merujuk pada dua makna, yaitu.
Selain itu, karena mulianya bulan haram, juga tidak diizinkan melakukan peperangan, kecuali diserang.
Sebaliknya, pada bulan haram dianjurkan untuk memperbanyak perbuatan baik dengan melakukan amalan dan ketaatan kepada Allah.
Sufyan Ats Tsauri dalam Kitab Latho-if Al Ma’arif menambahkan, empat bulan haram adalah waktu terbaik untuk mengerjakan amal ketaatan hingga para salaf menyukai puasa pada bulan tersebut.
Keutamaan bulan haram dalam Islam juga pernah disinggung oleh Ibnu Abbas, yang mengatakan bahwa Allah mengkhususkan bulan haram sebagai bulan suci.
Melakukan maksiat pada bula haram dosanya lebih besar, sedangkan amalan bulan haram akan menuai pahala yang lebih banyak.
Baca juga: 8 Peristiwa Penting di Bulan Ramadan
Melansir laman MUI, perintah memuliakan bulan haram merupakan salah satu bentuk apresiasi Allah terhadap budaya masyarakat Arab jahiliyah yang telah mengakar sejak zaman Nabi Ibrahim.