Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Beduk, Dulu sebagai Penanda Perang

Kompas.com - 09/04/2023, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beduk adalah alat musik tabuh seperti gendang yang berfungsi sebagai alat komunikasi.

Pada era sekarang, sebuah beduk biasanya dibunyikan untuk pemberitahuan akan datangnya waktu salat atau ibadah.

Beduk terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau dengan panjang sekitar satu meter atau lebih.

Bagian tengah beduk kemudian dilubangi sehingga berbentuk tabung besar.

Kemudian, ujung batang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang.

Bila ditabuh, beduk akan menghasilkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi bisa terdengar hingga jarak yang cukup jauh.

Bagaimana sejarah beduk?

Baca juga: Kapan Pertama Kali Disyariatkan Puasa Ramadhan?

Asal-usul beduk

Beduk sebenarnya berasal dari India dan China.

Menurut legenda Cheng Ho dari China, ketika Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang, Jawa Tengah, mereka mendapat sambutan baik dari Raja Jawa saat itu.

Lalu, saat Cheng Ho hendak pergi dan memberikan hadiah, raja dari Semarang mengatakan bahwa mereka ingin mendengarkan suara beduk dari masjid.

Hal ini sama seperti fungsi beduk di China, Korea, dan Jepang, di mana alat tersebut diletakkan di kuil-kuil sebagai alat komunikasi ritual keagamaan.

Salah seorang China-Muslim Cheng Ho dan bala tentaranya pernah datang ke Indonesia sebagai utusan dari maharaja Ming.

Konon, ialah orang yang mempertunjukkan beduk di Jawa ketika memberi tanda baris-berbaris kepada tentara yang mengiringinya.

Pada masa Hindu, jumlah beduk di Indonesia masih sangat terbatas dan penyebarannya juga belum merata.

Menurut catatan sejarah, beduk berfungsi sebagai media untuk mengumpulkan penduduk dari berbagai desa dalam rangka persiapan perang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com