KOMPAS.com - Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang pernah berdiri di Palembang, Sumatera Selatan.
Sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, Sriwijaya telah berkuasa atas wilayah yang membentang dari Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka, Singapura, Semenanjung Malaka, Thailand, Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimantan, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Setelah beberapa abad berkuasa, Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11 dan akhirnya runtuh pada abad ke-12.
Ada 3 faktor utama penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, yaitu:
Baca juga: 4 Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya adalah adanya serangan dari Dinasti Chola, India Selatan, yang kala itu dipimpin oleh Rajendra Chola I.
Hal yang melatarbelakangi serangan ini adalah pajak tinggi yang dikenakan oleh Kerajaan Sriwijaya pada kapal-kapal pedagang di Selat Malaka.
Kondisi ini lantas membuat kapal yang berasal dari Colamandala merasa dirugikan. Oleh sebab itu, Dinasti Chola memutuskan menyerang Kerajaan Sriwijaya.
Serangan dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada 1017 dan 1025.
Dampak dari adanya serangan ini adalah Sriwijaya mengalami kemunduran besar. Bahkan, beberapa daerah kekuasaannya juga berhasil diambil alih.
Baca juga: Kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai Negara Maritim
Serangan dari Dinasti Chola turut memperlemah kondisi internal kerajaan, terutama politiknya.
Alhasil, banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang kemudian memanfaatkan kondisi ini untuk melepaskan diri.
Akibatnya, Kerajaan Sriwijaya semakin mengalami kemunduran ekonomi dan perdagangan karena bandar-bandar pentingnya juga ikut melepaskan diri.
Agama yang berkembang dalam Kerajaan Sriwijaya adalah Budda, yang tercatat dalam laporan I-Tsing.
I-Tsing berkunjung ke Sriwijaya sebelum pergi mengenyam pendidikan ke Universitas Nalanda di India.
Berdasarkan dari catatan tersebut, Sriwijaya dijadikan sebagai tempat bagi para sarjana Buddha dan menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.