Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehidupan Keagamaan Kerajaan Sriwijaya

Kompas.com - 26/07/2022, 20:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya yang berdiri sejak paruh kedua abad ke-7 dikenal sebagai kerajaan maritim.

Dengan pusat pemerintahan di Palembang, yang dekat dengan jalur pelayaran dan perdagangan dunia, kerajaan ini mampu menguasai perdagangan di Asia Tenggara.

Selain dikenal sebagai kerajaan maritim berpengaruh, Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat penyebaran agama Buddha.

Berikut ini kehidupan keagamaan di Kerajaan Sriwijaya.

Baca juga: Kehidupan Perekonomian Kerajaan Sriwijaya

Pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara

Sejak abad ke-7, Kerajaan Sriwijaya telah dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di kawasan Asia Tenggara.

Hal itu diketahui berdasarkan catatan I-Tsing, yang menjadi catatan tertua tentang Sriwijaya.

I-Tsing adalah biksu dari China yang dikenal sebagai seorang penjelajah dan penerjemah teks agama Buddha.

Dalam pelayarannya dari China ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, I-Tsing pernah singgah kemudian tinggal di Kerajaan Sriwijaya.

Perkembangan kehidupan beragama Kerajaan Sriwijaya menurut I-Tsing sangat baik.

Pada kunjungan pertamanya (671-672), I-Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan Melayu.

Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke Nalanda di India, yang menjadi pusat pendidikan agama Buddha saat itu, dan tinggal selama 11 tahun untuk memperdalam ilmunya.

Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya

Pada 687, I-Tsing kembali singgah di Kerajaan Sriwijaya ketika akan kembali ke China.

Saat itu, Palembang telah menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan I-Tsing tinggal selama dua tahun untuk menerjemahkan kitab suci Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.

Pada 689, I-Tsing sempat kembali ke China untuk mendapatkan tinta dan kertas yang belum dimiliki Sriwijaya.

Masih di tahun yang sama, ia kembali ke Sriwijaya dan tinggal hingga 695 untuk menyelesaikan misinya dalam menerjemahkan kitab suci Buddha.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com