KOMPAS.com - Perjanjian Saragosa adalah kesepakatan yang dibuat pada 1529 untuk menyelesaikan perselisihan antara dua kekuatan besar Eropa, yaitu Portugis dan Spanyol.
Pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol adalah pelopor penjelajahan samudra yang kerap berselisih karena masalah penguasaan rempah-rempah di dunia timur.
Perjanjian Saragosa dibuat pada 22 April 1529, yang berisi garis demakrasi sekitar 952 mil dari Maluku.
Isi Perjanjian Saragosa terdiri atas dua poin utama, yaitu:
Perjanjian Saragosa memberikan dampak bagi dunia dan Nusantara.
Lantas, apa saja dampak Perjanjian Saragosa?
Baca juga: Perjanjian Saragosa, Ketika Portugis dan Spanyol Berebut Maluku
Pada 1521, Spanyol diketahui sampai di Maluku, setelah sebelumnya singgah di Filipina.
Namun, jauh sebelum Spanyol datang, Maluku sudah lebih dulu ditemukan oleh Portugis pada 1512.
Portugis pun menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Ternate hingga diizinkan membangun benteng di sana.
Datangnya Spanyol ke Maluku dianggap sebagai ancaman bagi Portugis, yang sedang memonopoli perdagangan rempah di sana.
Akibatnya, Portugis dan Spanyol saling bersaing untuk menduduki Maluku, yang dikenal sebagai pusat rempah-rempah.
Selama hampir satu dekade, Spanyol dan Portugis terus berperang. Spanyol bekerja sama dengan Kerajaan Tidore, sementara Portugis bersama dengan Kerajaan Ternate.
Baca juga: Perlawanan Rakyat Ternate terhadap Spanyol
Untuk menyelesaikan masalah ini, Spanyol dan Portugis pun bertemu di Saragosa, Spanyol, pada 22 April 1529.
Keduanya sepakat untuk berdamai lewat Perjanjian Saragosa. Perjanjian ini menetapkan wilayah Spanyol dan Portugis di Asia, khususnya menyelesaikan masalah Maluku, yang tidak tercantum dengan jelas di Perjanjian Tordesillas.
Sebelumnya, pada 1494, Spanyol dan Portugis telah menyepakati Perjanjian Todesillas, yang telah membagi dunia menjadi dua kekuasaan dua negara ini.