KOMPAS.com - Rempah-rempah Nusantara yang terkenal dan sangat berharga di abad ke-16, membuat dua kekuatan besar Eropa, Portugis dan Spanyol, berselisih.
Untuk menyelesaikan perselisihan, keduanya membuat Perjanjian Saragosa (Zaragoza).
Dikutip dari South East Asia, Colonial History: Imperialism before 1800 (2001), pada 1494, keduanya bersepakat membelah dunia menjadi dua bagian lewat Perjanjian Tordesillas.
Garis lurus ditarik dari Kutub Utara ke Kutub Selatan di Kepulauan Tanjung Harapan.
Baca juga: Perjanjian Tordesillas, Ketika Spanyol dan Portugis Membagi Dunia
Kondisi ini membuat Portugis berlayar ke arah Afrika, mengitari pantai barat benua itu dan menemukan India.
Tak berhenti di India, bangsa Portugis berlayar terus ke tenggara dan menemukan Indonesia.
Pada 1509, Portugis di bawah komando Diogo Lopes de Sequeira sampai ke Malaka. Namun baru pada 1511, Portugis menaklukkan Malaka.
Kejayaan Portugis di Malaka tak bertahan lama. Portugis pun terus menjelajah 'Kepulauan Rempah-rempah" hingga ke timur.
Pada 1512, Portugis menemukan Maluku, pusat rempah-rempah. Portugis segera bersekutu dengan Ternate, kerajaan setempat dan membangun benteng di sana.
Baca juga: Kedatangan Portugis ke Indonesia
Namun pada 1521, Spanyol tiba di Maluku setelah sebelumnya menemukan Filipina.
Kedatangan Spanyol menjadi ancaman bagi Portugis. Sebab saat itu Portugis memonopoli perdagangan di Maluku.
Portugis dan Spanyol pun bersaing dengan memanfaatkan permusuhan kerajaan lokal.
Selama hampir satu dekade, keduanya berperang. Spanyol bersekutu dengan Tidore untuk melawan Portugis yang bersekutu dengan Ternate.
Keduanya sebenarnya sudah mencoba menyelsaikan antara 1525 hingga 1528. Portugis dan Spanyol masing-masing mengirimkan astronom, kartograf, navigator, dan ahli matematika untuk membagi Maluku sesuai dengan Perjanjian Torsedillas.