Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangeran Sado, Ayah Raja Jeongjo yang Bernasib Tragis

Kompas.com - 05/01/2022, 09:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pangeran Sado adalah putra kedua Raja Yeongjo, penguasa Dinasti Joseon yang memerintah antara 1694 hingga 1776.

Kelahirannya merupakan kabar gembira bagi Dinasti Joseon, karena kematian kakaknya, Pangeran Hyojang, pada 1728, sempat menyebabkan krisis penerus takhta.

Pangeran Sado yang lahir pada 13 Februari 1735 langsung diangkat sebagai putra mahkota Joseon.

Akan tetapi, Pangeran Sado tidak pernah menjadi raja, karena pada usia 27 tahun, ia harus menjalani hukuman mati setelah dituduh menderita gangguan mental dan melakukan serangkaian perbuatan keji.

Sedangkan putranya yang bernama Yi San, naik takhta dengan nama Raja Jeongjo, menggantikan Raja Yeongjo sebagai penguasa Joseon pada 1776.

Baca juga: Raja Jeongjo, Penguasa Joseon yang Meninggal Misterius

Hubungan Pangeran Sado dan Raja Yeongjo

Kisah Pangeran Sado dapat ditelusuri dari memoar yang ditulis istrinya, Putri Hyegyeong, pada 1805, yang menceritakan kehidupan mereka.

Dalam memoarnya, Putri Hyegyeong mencatat bahwa pada 1745 Pangeran Sado menderita penyakit parah yang sering membuatnya hilang kesadaran.

Meski kondisinya itu dapat membaik, tetapi hubungan Pangeran Sado dengan Raja Yeongjo membuatnya terus mengalami kecemasan.

Ketika berusia 15 tahun, Raja Yeongjo memberikan kesempatan Pangeran Sado untuk menjadi bupati di suatu wilayah.

Namun, Putri Hyegyeong mengungkap bahwa Raja Yeongjo tidak pernah puas dengan segala hal yang dicapai Pangeran Sado.

Selain itu, Raja Yeongjo dilaporkan tidak pernah mengizinkan Pangeran Sado untuk mengunjungi makam leluhurnya hingga akhir 1756, ataupun menghadiri urusan kerajaan.

Raja Yeongjo juga sering menghukum dan memarahi Pangeran Sado di depan dayang, kasim, atau di depan banyak orang.

Baca juga: Dinasti Joseon: Sejarah, Kehidupan, Raja-raja, dan Penemuan

Kondisi mental Pangeran Sado

Pada 1752, ketika Pangeran Sado membaca teks Taosime berjudul Okchugyeong, ia berhalusinasi melihat Dewa Petir.

Sejak saat itu, ia takut dengan petir dan selalu menolak untuk menyentuh benda apapun yang memiliki pahatan karakter dari buku tersebut.

Kondisinya semakin parah ketika dua orang terdekatnya, yaitu neneknya, Ratu Inwon, dan Ratu Jeongseong meninggal pada 1757.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com