Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Penumpasan Pemberontakan APRA

Kompas.com - 11/10/2021, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibentuk dan dipimpin oleh mantan kapten Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) atau Tentara Hindia Belanda Raymond Westerling.

Terjadinya pemberontakan APRA di Bandung, 23 Januari 1950 disebabkan oleh dibubarkannya negara bagian bentukan Belanda di Republik Indonesia Serikat (RIS) yang kembali bergabung ke Republik Indonesia (RI). 

Gerakan APRA pun berhenti pada Februari 1950 setelah Westerling lari meninggalkan Indonesia. 

Baca juga: Latar Belakang Pemberontakan APRA di Bandung

Upaya Penumpasan Pemberontakan APRA

Tanggal 23 Januari 1950 pagi hari, gerakan APRA dipimpin Van der Meula dan Van Beeklen.

Gerakan ini terdiri dari 800 orang, di dalamnya terdapat 300 anggota KNIL yang bersenjata lengkap menyerang kota Bandung. 

Anggota dari APRA banyak yang direkrut dari bekas prajurit KNIL, terutama prajurit Regiment Speciale Troepen (Regimen Pasukan Khusus).

Mereka pun berhasil menduduki Markas Besar Divisi Siliwangi dan membunuh setiap anggota militer yang mereka jumpai.

Tidak hanya Bandung, Westerling juga bekerja sama dengan Sultan Hamid II untuk menyerang Jakarta.

Sejumlah anggota pasukan RST dikirim ke Jakarta dengan dipimpin Sersan Meijer untuk menangap Soekarno, membunuh dan menculik para pejabat pemerintah, dan menduduki gedung-gedung pemerintahan.

Akan tetapi, serangan ke Jakarta ini gagal karena dukungan dari pihak lain tidak segera datang. 

Akhirnya, penumpasan yang dilakukan oleh Raymond Westerling dalam gerakan APRA dapat dilakukan dengan:

  1. Melancarkan opeasi militer tanggal 24 Januari 1950, dengan mengirimkan bala bantuan pasukan APRIS yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur ke Bandung. Pasukan APRA pun berhasil didesak dan ditumpas oleh APRIS.
  2. Mengadakan perundingan antara Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta dengan Komisaris Tinggi Belanda HM Hirschfeld yang menghasilkan Komandan Tinggi Belanda di Bandung, Myor Jenderal Engels, mendesak pasukan Westerling untuk meninggalkan kota Bandung. 
  3. Memerintahkan penangkapan terhadap Westerling dan Sultan Hamid II, di mana Westerling melarikan diri ke Singapura dan kembali ke Belanda, sedangkan Sultan Hamid II berhasil ditangkap tanggal 5 April 1960.

 

Referensi: 

  • Notosusanto, Nugroho dan Marwati Djoened Poesponegoro. (2019). Sejarah Nasional Indonesia VI Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia (1942-1998). Jakarta: Balai Pustaka.
  • Kahin, George McTurnan. (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca, NY: Cornel University Press. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com