Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Account Receivable: Pengertian, Manfaat, dan Cara Mencatatnya

Kompas.com - 13/03/2024, 20:30 WIB
Fadila Rosyada Hariri,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam dunia bisnis, proses pencatatan dan manajemen keuangan menjadi sangat penting untuk menjaga kelangsungan dan pertumbuhan perusahaan.

Salah satu aspek penting yang perlu dipahami oleh setiap akuntan adalah konsep account receivable atau piutang usaha, mulai dari pengertian, manfaat, hingga cara mencatatnya. 

Apa itu account receivable dalam akuntansi?

Pengertian account receivable

Menurut Kaplan dan Atkinson dalam bukunya Advanced Management Accounting (1998), account receivable adalah jumlah uang yang masih harus diterima oleh perusahaan dari pelanggan atau pihak lain atas penjualan produk atau pemberian layanan.

Dalam hal ini, perusahaan memberikan barang atau jasa kepada pelanggan dengan janji pembayaran di masa mendatang.

Baca juga: Definisi Akuntansi Biaya dan Tujuannya

Dilansir dari Investopedia, account receivable (AR) adalah saldo uang karena perusahaan untuk barang atau jasa yang dikirim atau digunakan tetapi belum dibayar oleh pelanggan.

Piutang dagang atau account receivable terdaftar di neraca sebagai aset lancar, artinya saldo akun jatuh tempo dari debitur dalam satu tahun atau kurang.

Jika sebuah perusahaan memiliki piutang, perusahaan telah melakukan penjualan secara kredit tetapi belum mengumpulkan uang dari pembeli.

Manfaat account receivable

Piutang dagang adalah aset lancar, sehingga mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendek tanpa arus kas tambahan.

Manfaat utama dari pengelolaan account receivable adalah meningkatkan likuiditas perusahaan.

Dengan mengumpulkan piutang dengan cepat, perusahaan dapat mengonversi penjualan menjadi kas yang dapat digunakan untuk operasional sehari-hari atau investasi masa depan.

Baca juga: 5 Fungsi Akuntansi Keuangan dan Penjelasannya

Menurut Brigham dan Ehrhardt dalam bukunya Financial Management: Theory & Practice (2005), manajemen yang efektif terhadap account receivable juga dapat membantu perusahaan meminimalkan risiko kredit.

Dengan memantau dan menilai kredit pelanggan secara cermat, perusahaan dapat mengurangi risiko yang tidak dapat dipulihkan dan kegagalan bayar.

Cara mencatat account receivable

Account receivable dicatat sebagai aset yang mewakili uang yang harus diterima dari pelanggan atas penjualan barang atau jasa. Cara mencatatnya tergantung pada transaksi spesifik yang terjadi.

Baca juga: Mekanisme Debit dan Kredit dalam Pencatatan Akuntansi

Dalam buku, Financial Accounting (2015)Jerry J. Weygandt, Paul D. Kimmel, dan Donald E. Kieso menjelaskan beberapa contoh cara mencatat account receivable dalam jurnal akuntansi.

Berikut merupakan penjelasannya:

  • Penjualan barang atau jasa secara kredit
    1. Debit Account Receivable (Aset) untuk mencatat jumlah yang harus diterima dari pelanggan.
    2. Kredit Pendapatan Penjualan untuk mencatat pendapatan dari penjualan tersebut.
  • Penerimaan pembayaran dari pelanggan
    1. Debit Kas (atau Akun Bank) untuk mencatat penerimaan pembayaran dari pelanggan.
    2. Kredit Account Receivable untuk mengurangi jumlah yang harus diterima dari pelanggan.

 

Artikel ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberi tahu kami ke redaksikcm@kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com